Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi bulanan pada Desember sebesar 0,62% sehingga inflasi tahunan mencapai 3,13% pada 2018. Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan 2017 yang sebesar 3,61%, namun lebih tinggi dibandingkan pencapaian 2016 yaitu 3,02% atau level inflasi terendah sejak 2009.

Kepala BPS Suhariyanto berpendapat pemerintah berhasil menjaga inflasi sepanjang tahun lalu dan berharap berlanjut ke tahun ini. Adapun pemerintah sempat memproyeksikan inflasi berada di level yang sedikit lebih tinggi yaitu 3,2% tahun lalu. "Kami berharap harga barang dan kebutuhan masyarakat tetap stabil," kata dia di Jakarta, Rabu (2/1).

(Baca juga: Menko Darmin Yakin Inflasi 2018 Rendah Bukan Imbas Daya Beli Turun)

Ia memaparkan penyebab utama inflasi pada 2018 adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dengan andil sebesar 0,26%. "Komoditas utama yang andilnya paling tinggi (pada 2018) adalah bensin umum bukan yang subsidi karena kenaikan harga minyak," ujarnya.

Harga beras juga menyumbang inflasi dengan kontribusi mencapai 0,13%. Namun, andil harga beras lebih rendah dibandingkan 2017 yang sebesar 0,16%. Kemudian, harga rokok kretek filter menjadi penyumbang inflasi terbesar ketiga dengan andil 0,13%.

Selain itu, kebutuhan masyarakat untuk daging ayam ras menyumbang 0,12% terhadap inflasi, ikan segar 0,10%, tarif angkutan udara 0,10%, tarif sewa rumah 0,09%, serta bawang merah 0,07%.

Komoditas penyumbang terbesar inflasi pada 2018 ini berbeda dengan 2016 lalu saat inflasi juga rendah. Ketikan itu, penyumbang utamanya yaitu tarif listrik, biaya perpanjangan STNK, tarif pulsa ponsel, dan emas perhiasan.

Adapun berdasarkan komponennya, inflasi inti (core inflation) tercatat sebesar 1,87%, harga yang diatur pemerintah (administered price) sebesar 0,66%, dan harga pangan bergejolak (volatile food) sebesar 0,60%.

Inflasi Desember 2018

BPS mencatat inflasi pada Desember 2018 sebesar 0,62%. Penyebabnya, kenaikan harga pada seluruh kelompok pengeluaran, terutama bahan makanan dan transportasi.

Secara rinci, kelompok bahan makanan mengalami kenaikan harga sebesar 1,45% dengan andil ke inflasi 0,29%, kemudian kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan harga sebesar 1,28% dengan andil ke inflasi 0,24%.  

Sementara itu, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau mengalami kenaikan harga sebesar 0,22% dengan andil ke inflasi 0,04%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan harga sebesar 0,13% dengan andil ke inflasi bulanan 0,03%.

Kelompok sandang mengalami kenaikan harga sebesar 0,08%, namun andil ke inflasi bulanan kecil yaitu nyaris nol; kelompok kesehatan mengalami kenaikan harga 0,20% dengan andil ke inflasi bulanan 0,01%; dan terakhir kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami kenaikan harga sebesar 0,10% dengan andil ke inflasi 0,1%.

Dari 82 kota yang disurvei, sebanyak 80 kota mengalami inflasi dan dua kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 2,09%, sedangkan yang terendah di Banda Aceh sebesar 0,02%. Sementara itu, deflasi terjadi di Sorong sebesar 0,15% dan Kendari 0,09%.