Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan di Palu mencapai 2,27% pada Oktober. Ini merupakan tingkat inflasi tertinggi di antara 82 kota dalam survei BPS.
Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, inflasi tinggi di Palu terjadi karena bencana gempa bumi dan tsunami pada akhir September lalu. Nasi dan lauk pauk tercatat mengalami inflasi 0,49%, tiket pesawat 0,41%, ikan dan semen masing-masing 0,1%. "Kami harap terjadi penurunan karena pemulihan di Palu sudah berjalan," kata dia di Jakarta, Senin (1/11).
(Baca juga: Gandeng Pengusaha, Pemerintah Amankan Pasokan Pangan Pasca Gempa Palu)
Secara rinci, sebanyak 66 kota mengalami inflasi dan 16 kota lainnya mengalami deflasi pada Oktober. Inflasi tertinggi terjadi di Palu sebesar 2,27% dan terendah di Cilegon 0,01%. Sedangkan, deflasi tertinggi terjadi di Bengkulu -0,74% dan terendah di Tangerang -0,01%
Adapun tingkat inflasi nasional pada Oktober sebesar 0,28%, berbalik dari kondisi deflasi dua bulan berturut-turut. Penyumbang inflasi adalah cabai merah, bahan bakar minyak (BBM), dan tarif sewa rumah. Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi sepanjang Januari-Oktober (year to date) sebesar 2,22%, sedangkan secara tahunan (year on year) sebesar 3,16%.
(Baca juga: Harga Cabai Merah, BBM & Sewa Rumah Kerek Inflasi Oktober Jadi 0,28%)
Secara rinci, berdasarkan kelompok pengeluaran, andil inflasi terbesar yaitu perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,1%, diikuti makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,05%; transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,05%; bahan makanan 0,04; sandang 0,03%, serta pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,01%.
Sedangkan berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat sebesar 0,17%, inflasi harga yang diatur pemerintah 0,07%, serta harga bergejolak sebesar 0,04%. BPS berharap pemerintah terus menjaga harga bahan makanan untuk dua bulan terakhir guna mengendalikan inflasi.