Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 di bawah 5,1%. Ini artinya, pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,27%.
"Jadi angka-angkanya mirip angka pertumbuhan triwulan I, sekitar itu. 5,1% kurang sedikit," kata dia dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI di kantornya, Jakarta, Selasa (23/10). Pada triwulan I, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,06%.
Menurut dia, perlambatan pertumbuhan disebabkan net ekspor yang menurun. Impor diperkirakan tumbuh tinggi sejalan dengan permintaan domestik, meskipun pertumbuhan impor bulanan telah menunjukkan perlambatan. Di sisi lain, ekspor diperkirakan mengalami penurunan karena turunnya harga komoditas andalan, yaitu batu bara dan kelapa sawit.
(Baca juga: 4 Tahun Jokowi, Menko Darmin: Pertumbuhan Ekonomi Naik Pelan-pelan)
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor berhasil ditekan 13,18% menjadi US$ 14,60 miliar, dibandingkan Agustus 2018 yang sebesar US$ 16,82 miliar. Impor nonmigas turun 10,52% disertai impor migas juga mengalami penurunan sebanyak 25,20%.
Sementara itu, ekspor pada September 2018 tercatat sebesar US$ 14,83 miliar, turun 6,58% dibandingkan Agustus 2018 yang sebesar US$ 15,87 miliar. Penurunan ekspor terjadi di lini ekspor nonmigas sebesar 5,67% serta ekspor migas anjlok 15,81%.
(Baca juga: Ambisi Penerimaan Negara Tinggi di Tengah Risiko Laju Ekonomi Melambat)
Mirza memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan III ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang kuat. Konsumsi didukung daya beli yang terjaga, keyakinan konsumen yang tetap tinggi terhadap perekonomian, dan belanja terkait pemilu. Sementara itu, investasi ditopang oleh investasi bangunan, terkait proyek infrastruktur dan properti, maupun investasi nonbangunan.