Pemerintah tengah mengupayakan penurunan defisit transaksi berjalan alias perdagangan barang dan jasa melalui berbagai kebijakan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun menyatakan tidak akan berhenti mengomel selama defisit masih besar.
Kondisi defisit pada transaksi berjalan menunjukkan pasokan valuta asing (valas) dari ekspor lebih rendah dari kebutuhan valas untuk impor. Kondisi ini membuat Indonesia banyak bergantung pada dana asing ke pasar modal untuk memenuhi pasokan valas. Alhasil, ketika terjadi tekanan arus keluar dana asing dari pasar modal, kurs rupiah rentan tertekan.
"Selama CAD (current account defisit/defisit transaksi berjalan) masih besar, saya tidak akan berhenti ngomel. Jangan harap saya akan nice enough," kata Sri Mulyani dalam Seminar Nasional Peningkatan Ekspor di kantornya, Jakarta, Senin (24/9). Defisit transaksi berjalan mencapai US$ 8 miliar pada kuartal II lalu, atau mencapai ambang batas aman yang dibidik pemerintah yakni 3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
(Baca juga: Bank Dunia Prediksi Defisit Transaksi Berjalan Hingga Akhir Tahun 2,4%)
Menurut dia, pemerintah bersama dengan berbagai elemen lainnya semestinya dapat mencari solusi untuk mencegah pelebaran defisit transaksi berjalan. Ia pun meminta kepada peneliti dan akademisi yang hadir dalam seminar tersebut untuk mencari solusi yang tepat guna menggenjot ekspor. Sebab, ia menilai defisit transaksi berjalan idealnya memang ditekan dengan meningkatkan ekspor.
Adapun langkah pengendalian impor melalui kenaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor Pasal 22 hanyalah upaya jangka pendek untuk menekan defisit. "Ini bukan yang paling optimal untuk jaga stabilitas. Ini seperti orang demam, kita turunkan dulu panasnya. Saya coba turunkan tensi panas padahal yang dibutuhkan dorongan ekspor," ujar dia.
(Baca juga: Impor Besi Baja Melonjak Tajam, Pemerintah Ubah Aturan Pemeriksaan)
Menurut dia, produk yang potensial untuk digenjot ekspornya, di antaranya produk makanan, seperti teh hijau atau hasil laut. Sebab, Indonesia merupakan produsen teh dan negara yang memiliki laut luas. Untuk hasil laut, Indonesia dapat mengembangkan ekspor tuna, cumi-cumi, hingga gurita.
Guru Besar Universitas Gadjah Mada Danang Parikesit yang hadir dalam seminar tersebut memberikan beberapa rekomendasi untuk mendorong kinerja ekspor, di antaranya dengan meningkatkan kunjungan warga negara asing ke dalam negeri untuk tujuan wisata maupun kuliah. "Kemampuan perguruan tinggi untuk menarik warga negara asing dicatat di neraca dagang sebagai ekspor namun jarang jadi perhatian para pengambil kebijakan," ujar dia.
Sejauh ini, menurut dia, pemerintah belum membahas mengenai regulasi untuk memudahkan pembuatan visa pelajar atau student visa. Padahal, mahasiswa asing yang melanjutkan studi di Indonesia kerap mengeluhkan mengenai hal itu.
Rekomendasi lainnya, ia menyarankan agar pemerintah menjadikan ekspor sebagai tema dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024. Ekspor dapat dijadikan indikator sasaran makro.