Bank Indonesia (BI) lebih leluasa menambah porsi kepemilikannya pada surat berharga negara guna mendukung kebutuhan pembiayaan untuk pemerintah. Apalagi, minat investor terhadap SBN sedang turun terindikasi dari jumlah kepemilikan asing yang menipis.
Analis Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, BI tetap bisa memperbesar porsi kepemilikannya atas SBN. "Pembelian SUN (surat utang negara) oleh BI juga bisa ditingkatkan karena ruangnya masih cukup besar," katanya kepada Katadata.co.id, Kamis (6/9).
(Baca juga: Rupiah Tembus 14.800, BI Borong Surat Berharga di Pasar Rp 3 Triliun)
Berdasarkan data Ditjen Perimbangan dan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan diketahui, kepemilikan asing di pasar SBN per Kamis (6/9) mencapai Rp 841,57 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan Rp 12,2 triliun dibandingkan dengan Senin (3/9) Rp 853,77 triliun.
"Jadi room bagi BI membeli SBN masih besar," ujar Handy. Bank sentral, imbuhnya, bisa juga membeli kembali (buyback) SBN melalui korporasi pelat merah mengingat harga obligasi negara ini turun cukup dalam di bawah 100%.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, BI membeli SBN di pasar sekunder sebanyak Rp 10,68 triliun pada 2 - 5 September 2018, sejak awal tahun mencapai Rp 31,38 triliun. Total penyerapan oleh BI di pasar primer maupun sekunder sejumlah Rp 89,76 triliun (year to date).
(Baca juga: BI: Spread SBN dan Obligasi AS Bisa Tarik Dana Asing)
Adapun, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun kini 8,52%. Kenaikan ini disebabkan tekanan jual oleh investor asing selama kurs rupiah terdepresiasi. Guna mengembalikan daya tariknya, kestabilan rupiah harus dijaga. Strategi BI mengawal mata uang Garuda dengan menaikkan suku bunga acuan serta mengintervensi SBN maupun valas.