Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menemui Menteri Keuangan Inggris Philip Hammond dan para investor dalam kunjungannya ke London, Inggris. Dalam rangkaian pertemuan itu, ia memastikan kondisi perekonomian dan pasar uang Indonesia terkini, termasuk nilai tukar rupiah.
Pertama-tama, ia bersama Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara bertemu para investor dalam acara Bloomberg Executive Roundtable. "Kami memberikan update kebijakan ekonomi pemerintah dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang sangat dinamis," ujar dia melalui akun Instagram resminya @SMIndrawati, Rabu (20/6).
Ia menjelaskan, saat ini Indonesia dihadapkan pada beberapa tantangan ekonomi dunia. Di antaranya, kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan kebijakan moneter di Eropa yang berimbas pada keluarnya arus modal dari negara berkembang. Alhasil, dolar AS menguat terhadap banyak mata uang, termasuk rupiah yang saat ini berada di level Rp 13.902 per dolar AS.
(Baca juga: Waspadai Kenaikan Agresif Bunga AS, BI Pertimbangkan Kerek Bunga Acuan)
Belum lagi, dampak dari perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Beberapa ekonom khawatir, perang dagang ini menurunkan volume perdagangan global yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi dunia. Secara tidak langsung, ada kekhawatiran bahwa investor bakal mengalihkan uangnya ke instrumen yang dianggap aman atau safe haven. Lagi-lagi, hal itu akan semakin memperkuat dolar AS.
Sri Mulyani pun melanjutkan kegiatan dengan menemui investor surat utang (Fixed Income Investors) Indonesia. Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan kondisi ekonomi terkini Indonesia. "Kami juga mendapat masukan dan informasi terkait perkembangan negara berkembang seperti Argentina, Brazil, Turki yang sedang menghadapi gejolak," ujarnya.
Selain bertemu investor, ia mengadakan pertemuan dengan Phillip Hammond guna membahas hubungan bilateral Inggris dan Indonesia. Hal utama yang dibahas adalah kerja sama investasi, keuangan, dan pembiayaan infrastruktur. Ia pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menggali informasi seputar proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (British Exit/Brexit), yang berlangsung sejak 2016 lalu.
"Saya juga mendapat kesempatan untuk mendengar penjelasan mengenai proses politik Brexit, dan implikasinya bagi perekonomian Inggris dan Eropa. Serta, pembelajaran bagi perekonomian ASEAN," kata Sri Mulyani.
(Baca juga: Optimistis Tatap Ekonomi AS, The Fed Kerek Bunga Acuan Jadi 2%)
Setelahnya, ia menghadiri makan malam yang diselenggarakan oleh London Stock Exchange dan Young Indonesian Professionals Association (YIPA) yang dihadiri Phillip Hammond. Sama seperti kegiatan sebelumnya, ia juga membahas perkembangan pasar keuangan, pasar modal, dan pembiayaan infrastruktur di Tanah Air.
Adapun, pandangan investor terhadap perekonomian Indonesia memang menjadi penting agar mereka mempertahankan dananya di instrumen investasi Tanah Air. Dengan begitu, investasi asing yang masuk, baik dalam bentuk portfolio maupun langsung (Foreign Direct Investment/FDI), dapat membiayai defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD).
Bahkan, BI membuka peluang untuk menaikan suku bunga acuan (BI 7 Days Repo Rate) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada akhir Juni 2018 mendatang. Hal itu bertujuan, agar instrumen investasi di Indonesia tetap diminati investor. "Ini agar pasar aset keuangan tetap kuat dan menarik bagi investor, termasuk investor asing," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam keterangan persnya.