Nilai tukar rupiah kembali menembus 14.100 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (18/5). Kenaikan bunga acuan BI 7 Days Repo Rate tampaknya belum mampu meredam pelemahan kurs rupiah di tengah kembali menguatnya dolar AS.

Saat berita ini ditulis, nilai tukar rupiah tercatat berada di level 14.137 per dolar AS, turun 0,56% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Di pasar forward, kurs rupiah untuk kontrak tiga bulan menembus 14.300 per dolar AS. Pelemahan tersebut merupakan yang terbesar di antara mata uang Asia.

Mayoritas mata uang Asia juga melemah pada perdagangan Jumat (18/5) ini. namun pelemahannya tipis. Ringgit Malaysia turun 0,21%, peso Filipina 0,1%, baht Thailand 0,09%, yuan Tiongkok 0,06%, won Korea Selatan 0,01%, dolar Singapura 0,07%, dan yen Jepang 0,17%.

(Baca juga: Ketidakpastian Global Meningkat, BI Kerek Bunga Acuan 0,25% Jadi 4,5%)

Sementara itu, indeks dolar AS tercatat kembali mengalami kenaikan sejak Senin (14/5). Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara AS (US Treasurry) tenor 10 tahun juga mengalami kenaikan, saat ini berada di level 3,12%.

Kenaikan tersebut seiring rilis data manufaktur dan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan perbaikan. Data tersebut mendorong kepercayaan diri pelaku pasar terhadap ekonomi AS. Membaiknya ekonomi AS menguatkan peluang kenaikan lebih lanjut bunga acuan di negara tersebut.

(Baca juga: Negara Maju Masuki Era Bunga Tinggi, BI Siap Kerek Lagi Bunga Acuan)

Seiring perkembangan tersebut, aksi jual dari pasar saham dan obligasi domestik masih terjadi. Di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat tipis, namun mengacu pada data RTI, investor asing masih membukukan penjualan bersih sekitar Rp 100-an miliar. Sementara itu, yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun tercatat kembali terkerek naik ke level 7,2%.