Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2018 hanya mencapai 5,06% atau di bawah estimasi pemerintah sebesar 5,2% dan Bank Indonesia (BI) sebesar 5,1%. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pun menyiratkan target pertumbuhan ekonomi 5,4% tahun ini tidak mudah dicapai.

"Ah itu (mencapai target) memang perlu perjuangan," kata Darmin di kantornya, Jakarta, Senin (5/8). Menurut dia, pemerintah harus fokus menggenjot investasi dan ekspor untuk memacu pertumbuhan ekonomi. (Baca juga: Diselamatkan Investasi, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06%)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2018 terselamatkan oleh pertumbuhan investasi. Investasi mengalami lompatan pertumbuhan di tengah pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan di bawah 5% dan ekspor yang tumbuh melambat. 

Adapun konsumsi rumah tangga, menurut Darmin, tak bisa diharapkan untuk tumbuh tinggi seperti dulu. Konsumsi rumah tangga tercatat turun dari kisaran 5% menjadi 4,95% pada 2015, lalu sempat membaik ke level 5,01% pada 2016, namun kembali melemah ke level 4,95% pada 2017 lalu.

“Itu levelnya sekitar itu, jangan mengharapkan lah seperti 2010, 2011. Yang harus didorong investasi dan ekspor,” ujarnya.

Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga, menurut dia, seiring dengan kebiasaan masyarakat menghemat belanja, guna ditabung untuk kebutuhan rekreasi. Adapun data lengkap terkait ini, diduga belum sepenuhnya masuk dalam perhitungan konsumsi rumah tangga.

“Pertanyaannya, itu terdata tidak sebagai data konsumsi? Karena masyarakat mengeluarkan uangnya saat beli tiket pesawat. Itu bukan konsumsi," kata dia. (Baca juga: BPS: Masyarakat Perkecil Porsi Belanja, Pilih Menabung dan Investasi)

Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan data pertumbuhan ekonomi kuartal I yang hanya 5,06% menjadi indikasi ekonomi sampai akhir tahun sulit capai target. Apalagi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tak banyak berubah dari tahun lalu.

Langkah pemerintah memperbesar bantuan sosial (bansos) juga diklaim tak banyak mendongkrak konsumsi rumah tangga lantaran hanya menyentuh masyarakat ekonomi bawah. ”Padahal pelemahan konsumsi terjadi juga di kelas menengah," ujarnya. INDEF memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 5,1%.

Di sisi lain, Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat investasi bisa diharapkan untuk mendorong ekonomi. Maka itu, pemerintah perlu meningkatkan keyakinan pelaku usaha untuk berinvestasi dengan menata regulasi dan birokrasi. Ia memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,2% tahun ini.