Nilai tukar rupiah menembus level 13.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (8/2). Level ini merupakan yang paling lemah sejak Juni 2016.
Mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah berada di posisi 13.602 per dolar AS. Ini artinya, rupiah melemah 2,34% dalam dua pekan, atau sejak rupiah menembus level terkuatnya tahun ini yaitu 13.290 per dolar AS pada Kamis (25/1).
Di pasar spot, nilai tukar rupiah melemah lebih tajam. Rupiah sempat menembus 13.641 per dolar AS. Saat berita ini dibuat, rupiah berada di level 13.615 per dolar AS.
Tekanan nilai tukar terhadap dolar AS juga dialami mayoritas mata uang Asia lainnya. Sejauh ini, pelemahan dipimpin yuan Tiongkok yaitu sebesar 0,77%, diikuti dolar Taiwan 0,49%, peso Filipina 0,46%, bath Thailand 0,45% dan rupiah 0,44%.
Mengacu pada Bloomberg, yuan jatuh ke level terendahnya sejak Agustus 2015. Kejatuhan tersebut terjadi setelah Tiongkok mengumumkan surplus neraca dagang yang lebih kecil dari ekspektasi seiring impor yang meningkat. Indeks utama di Tiongkok, CSI 300, tercatat turun 0,96%.
(Baca juga: Gejolak Bursa Saham Global, Sri Mulyani Fokus Jaga Stabilitas Domestik)
Adapun secara umum, pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS telah terjadi dalam beberapa hari ini seiring meningkatnya tekanan jual di pasar saham dan obligasi. Hal itu lantaran adanya indikasi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan bunga dananya pada Maret 2018 mendatang, atau lebih cepat dari ekspektasi awal.