Standard Chartered Bank memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,2 persen. Meski lebih rendah dari proyeksi Bank Indonesia (BI) dan target pemerintah sebesar 5,4 persen, bank asal Inggris tersebut menilai iklim investasi Indonesia tahun ini lebih bergairah, ekspor mulai naik, dan proyek infrastruktur terus berjalan.
Chief Economist Standard Chartered Aldian Taloputra mengatakan angka ini merupakan kenaikan dari pertumbuhan 2017 lalu yang berada di kisaran 5,1 persen. Dia menjelaskan tingkat pertumbuhan tahun ini akan didukung oleh permintaan eksternal yang mendorong ekspor, kebijakan moneter Bank Indonesia yang relatif longgar, hingga reformasi struktural yang dilakukan pemerintah saat ini.
"Dengan sejumlah faktor tersebut kami perkirakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 5,2 persen," kata dia dalam pemaparan di Jakarta, Senin (22/1). (Baca: BI Prediksi Ekonomi Baru Tumbuh 6% dan Impor Turun Tahun 2022)
Namun, dia mengingatkan laju pemulihan ini masih belum merata di semua sektor. Salah satunya lantaran konsumsi rumah tangga yang masih melemah, dipicu lambannya kenaikan upah, Tarif Dasar Listrik (TDL) yang naik, hingga lapangan kerja formal yang minim. Untuk mengimbanginya, tahun ini pemerintah mengalokasikan lebih banyak pengeluaran sosial demi mendorong daya beli masyarakat kecil dan menengah.
Dari sisi investasi, Standard Chartered memprediksi investasi swasta akan semakin marak, seiring peringkat kemudahan berusaha Indonesia menjadi 72 dari sebelumnya 91. Selain itu kebijakan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tentang batasan proyek infrastruktur senilai Rp 100 miliar dikerjakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), juga dirasa dapat membantu meningkatkan investasi swasta.
"Investasi infrastruktur masih akan jadi driver (penggerak) pertumbuhan investasi, tapi kami juga melihat swasta mulai investasi (infrastruktur) secara perlahan," kata Aldian. (Baca: Kemenkeu Andalkan Investasi Swasta untuk Capai Target Ekonomi 2018)
Momen tahun politik juga akan menyumbang pertumbuhan ekonomi. Namun dilihat secara historis, dampaknya tidak terlalu signifikan. Meski banyak kekhawatiran soal tahun politik, Aldian juga melihat risikonya masih kecil terhadap pertumbuhan ekonomi. Apalagi menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, pemerintah akan kencang memacu ekonomi lewat reformasi struktural.
"Kalau kami lihat 2016 dan 2017 tambahan dari Pilkada hanya 0,02 persen ke pertumbuhan ekonomi," kata Aldian. (Baca: Jokowi: Ekonomi di Tahun Politik Bisa Tumbuh Lebih Tinggi 0,3%)
Chief Executive Officer Standard Chartered Bank Indonesia Rino Donosepoetro juga menambahkan dampak Pilkada, Asian Games, hingga pertemuan tahunan International Monetary Fund (IMF) - World Bank tidak terlalu besar memacu ekonomi. Namun, perhelatan tersebut dapat menjadi ajang untuk menggambarkan baiknya perekonomian Indonesia.
"Dilihat dari (pertumbuhan) pasar modal hingga Komodo Bond yang bisa 8 kali oversubscribe," kata dia.