Inflasi Desember Melonjak, Daya Beli Buruh Tani dan Bangunan Turun

ANTARA FOTO/Rahmad
Petani memanen butiran padi (gabah) di Desa Kandang, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (23/3).
15/1/2018, 20.35 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, upah buruh riil baik pertanian maupun bangunan turun pada Desember 2017. Penyebab utamanya karena inflasi Desember yang mencapai 0,71%, sehingga pendapatan buruh tergerus.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, rata-rata upah nominal buruh tani naik 0,24% dari Rp 50.445 di November menjadi Rp 50.568 pada Desember 2017. Namun, upah buruh tergerus inflasi pedesaan. Alhasil, secara riil, upahnya turun 0,78% dari Rp 37.802 menjadi Rp 37.507. 

"Secara nominal naik tapi tergerus inflasi perdesaan 1,04% di Desember. Jadi upah riil turun 0,78%," kata dia di kantornya, Jakarta, Senin (15/1). Upah riil yang turun menunjukkan daya beli yang turun. (Baca juga: Akibat Tarif Listrik, Inflasi 2017 Tertinggi dalam 3 Tahun Masa Jokowi)

Kondisi serupa juga terjadi pada buruh bangunan. Rata-rata upah nominal tukang bangunan bukan mandor naik 0,02% dari Rp 84.438 menjadi Rp 84.454. Namun, secara riil, upahnya turun 0,69% dari Rp 64.778 menjadi Rp 64.332.

"Ini perlu jadi perhatian bersama karena mereka masuk 40% masyarakat lapisan terbawah," ucapnya.

Upah nominal buruh potong rambut dan pembantu rumah tangga juga turun. Upah nominal buruh potong rambut wanita per kepala, naik 0,3% dari Rp 25.901 menjadi Rp 25.901. Namun, upah riilnya turun 0,41% menjadi Rp 19.789.

Lalu, upah nominal pembantu rumah tangga per bulan naik 0,34% menjadi Rp 384.829 per bulan, sedangkan secara riil turun 0,37% menjadi Rp 293.136.