Bank Pembangunan Asia alias Asian Development Bank (ADB) memperkirakan, ekonomi Indonesia berpotensi menguat. Penyokongnya, membaiknya kinerja ekspor, kebijakan fiskal dan moneter yang mendukung investasi, hingga meningkatnya aktivitas ekonomi berkat Asian Games dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres).

Ekonom ADB Emma Allen mengatakan, ekspor Indonesia mengalami peningkatan sejak awal tahun ini berkat kenaikan harga komoditas. Hal itu seiring naiknya permintaan global, di antaranya dari Tiongkok. Kondisi ini, diyakini masih akan terus berlanjut.

"Harga komoditas kami lihat akan stabil ke depan. Dengan begitu kami lihat ekspor juga akan membaik di tahun ini," kata dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Selasa (26/9). (Baca juga: ADB: Perbaikan Ekonomi Tiongkok Dorong Lonjakan Ekspor Asia)

Dengan perkembangan tersebut, ADB memprediksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1% tahun ini dan 5,3% tahun depan. Adapun penguatan ekonomi tahun depan disokong juga oleh penyelenggaraan Asian Games dan persiapan Pilpres.

Menurut Kepala Perwakilan ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein, ekonomi Indonesia juga akan tetap kuat meski masih ada ketidakpastian global. Hal itu karena pemerintah membuat kebijakan fiskal yang mendukung, yaitu anggaran yang lebih tinggi untuk membangun infrastruktur publik, kesehatan dan pendidikan. Selain itu, iklim investasi yang membaik.

"Kami melihat ekspansi ekonomi kemungkinan masih berlanjut hingga tahun depan," ucap Winfried.

Investasi swasta diperkirakan akan perlahan-lahan meningkat. Selain karena perbaikan iklim usaha, arus investasi didukung oleh peringkat layak investasi (investment grade) atas utang jangka panjang Indonesia. Peringkat tersebut diharapkan akan mempercepat arus modal masuk, termasuk investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI). 

Di sisi lain, pertumbuhan kredit juga diprediksi akan membaik menyusul pemangkasan bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) sebanyak dua kali tahun ini. Kombinasi antara pelonggaran moneter dan kebijakan lainnya--dari Otoritas Jasa Keuangan--akan memberikan fleksibilitas lebih besar bagi bank dalam mengelola likuiditas.

Meski begitu, Emma berpendapat dampak dari penurunan bunga acuan belum akan terlihat tahun ini. "Saya rasa tahun ini pertumbuhan kredit masih akan di bawah 10%. Itu karena swasta tidak lantas meningkatkan investasinya. Tetapi di tahun depan kami perkirakan kredit bisa tumbuh di atas 10%," ucapnya. (Baca juga: Bunga Acuan Makin Rendah, Pertumbuhan Kredit Diprediksi Capai Target)

Dari sisi pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Winfried berpendapat masih akan stabil. Meskipun pemerintah mengurangi subsidi energi sehingga mengakibatkan kenakan harga listrik, pengeluaran rumah tangga masih tetap kuat. (Baca juga: Keyakinan Konsumen Turun karena Khawatir Penghasilan Merosot)

Ia menduga, keyakinan konsumen masih baik berkat stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi yang terkendali. "Tren menurunnya inflasi ini terutama berkat upaya baru dari pemerintah untuk menjaga harga pangan melalui pengelolaan logistik dan pusat distribusi pangan di daerah-daerah secara lebih baik," kata dia.