Pemerintah berencana untuk mengambil utang baru sebesar Rp 399,24 triliun pada 2018. Utang tersebut terutama untuk membiayai defisit anggaran yang sebesar Rp 325,9 triliun atau setara 2,19% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Presiden Joko Widodo berjanji akan mengelola utang dengan bijaksana. "Itu akan dikelola dengan hati-hati dan bertanggungjawab sesuai dengan standar pengelolaan internasional," kata dia saat menyampaikan nota keuangan 2018 di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/8).
Jokowi menekankan rasio utang terhadap PDB akan dijaga di bawah tingkat yang diatur dalam keuangan negara yaitu maksimal 60% dari PDB. Saat ini, rasio utang terhadap PDB tercatat tetap berada di bawah 30%. Selain itu, utang akan dikelola secara transparan dan akuntabel, serta meminimalkan risikonya pada stabilitas perekonomian di masa sekarang dan akan datang.
"Meski dengan perluasan pembangunan yang ekspansif selama periode 2015-2017, rasio utang dan defisit terhadap PDB dijaga tetap terkendali," kata dia. (Baca juga: Defisit Anggaran 2,19%, Inilah Postur RAPBN 2018)
Ia menambahkan, pemerintah juga akan selalu menjaga agar defisit anggaran tetap di bawah 3%. Selain itu, ia juga memastikan bahwa pemerintah akan terus mengurangi defisit keseimbangan primer sehingga kesehatan dan keberlanjutan fiskal selalu dapat terjaga. Defisit keseimbangan primer tahun depan direncanakan sebesar Rp 78,4 triliun, atau lebih rendah dari tahun ini yang diperkirakan sebesar Rp 144,3 triliun.
Adapun utang tahun depan, menurut Jokowi, akan digunakan untuk mendukung kegiatan produktif yang terkait program pembangunan nasional, di bidang pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, infrastruktur, serta pertahanan dan keamanan. (Baca juga: Jokowi Tekan Kemiskinan, Subsidi Naik, Transfer Daerah Justru Turun)
Rencana utang tahun depan tercatat lebih rendah dibanding tahun ini yang direncanakan sebesar Rp 397,2 triliun. Hal itu seiring dengan defisit anggaran tahun depan yang ditarget lebih kecil dari tahun ini. Defisit anggaran tahun ini ditetapkan sebesar 2,93% terhadap PDB, meski realisasinya diproyeksi hanya mencapai 2,67% terhadap PDB.