Efek Lebaran Belum Habis, Darmin Yakin Konsumsi Kuartal III Positif

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Pemudik sepeda motor menunggu "Roll on-Roll off" (RoRo) untuk menyeberangi Selat Sunda di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (23/6). Pada H-2 Lebaran Pelabuhan Merak dipadati para pemudik, baik yang menggunakan sepeda motor, bus, maupun mobil pribadi.
8/8/2017, 16.37 WIB

Menteri Koordinator Bidang perekonomian Darmin Nasution optimistis konsumsi rumah tangga di kuartal III 2017 masih akan tumbuh positif. Meski, Badan Pusat Statistis (BPS) menyebut optimisme konsumen diproyeksi melemah pada kuartal III.

Darmin berpendapat, konsumsi rumah tangga kuartal III masih mendapat sokongan dari belanja terkait Lebaran. Sebab, masyarakat umumnya baru berbelanja saat berada di kampung halaman. Jadi, kemungkinan belanja masih tinggi pasca Lebaran. “Dia (masyarakat) belanja di kampung, supaya keren. Itu sangat normal. Umumnya begitu,” kata dia di kantornya, Jakarta, Selasa (8/8).

Ke depan, ia yakin konsumsi rumah tangga juga masih dalam tren positif lantaran kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sudah membaik. Secara khusus, menurut dia, belanja barang yang stabil akan membantu penyebaran uang di masyarakat sehingga minat beli meningkat. (Baca juga: Pemerintah Buat Program Ungkit Daya Beli Lewat Properti & Pertanian)

Ia pun mengakui konsumsi pemerintah yang menurun 1,93% pada kuartal II lalu ikut berpengaruh terhadap lemahnya konsumsi rumah tangga kala itu. BPS mencatat konsumsi rumah tangga kuartal II hanya tumbuh 4,95%, nyaris stagnan dari kuartal sebelumnya yang sebesar 4,93% dan lebih rendah dari kuartal II tahun lalu yang sebesar 5,07%. Penyebabnya, kelas menengah atas terindikasi menahan belanja. Sedangkan daya beli kelas menengah bawah turun.

Selain belanja pemerintah, Darmin juga menyakini konsumsi terdorong oleh gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS) yang dikucurkan pemerintah pasca Lebaran. Sebab, gaji ke-13 meningkatkan daya beli masyarakat. (Baca juga: Masyarakat Rem Belanja, Target Pertumbuhan Ekonomi Terancam Meleset)

Adapun pemerintah perlu menggenjot konsumsi rumah tangga untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang sebesar 5,2%. Sebab, konsumsi rumah tangga merupakan penyokong utama pertumbuhan ekonomi, selain belanja pemerintah, investasi, dan perdagangan internasional. 

Meski Darmin terkesan optimistis, Ketua BPS Suhariyanto menyebut optimisme konsumen terpantau melemah pada kuartal III. Hal tersebut tercermin dari Indeks Tendensi Konsumen yang diperkirakan menurun menjadi 103,29. Sebelumnya, indeks tercatat sebesar 102,27 pada kuartal I dan 115,92 pada kuartal II. 

Di sisi lain, Indeks Tendensi Bisnis pada kuartal III diperkirakan sebesar 108,82, turun dari kuartal II yang sebesar 111,63. Penurunan optimisme ini terjadi lantaran pelaku bisnis yang disurvei--yakni para manajer--masih melihat dan menunggu (wait and see) atas perkembangan harga komoditas. Harga komoditas mengalami penurunan yang menyebabkan pertumbuhan ekspor melambat dari 8,04% di kuartal I menjadi 3,36% di kuartal II.

Meski begitu, indeks order dari dalam negeri, harga jual produk, dan order barang input menunjukkan perbaikan. Itu menunjukkan bahwa pelaku bisnis yakin kondisinya akan membaik di dalam negeri.