Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan peningkatan investasi menjadi pekerjaan rumah pemerintah tahun ini. Rendahnya investasi dalam tiga tahun terakhir membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang baik.
“Investasi (masih) di bawah lima persen. Ini salah satu pekerjaan rumah kami untuk diperbaiki di 2017,” kata dia dalam acara diskusi bertajuk ‘Investasi Membangun Negeri Melalui Pembiayaan Ekspor’ di Jakarta, Selasa (7/2).
Dia mengatakan menurunnya pertumbuhan investasi dalam tiga tahun terakhir disebabkan beberapa faktor. Salah satunya akibat ketatnya pembiayaan dari perbankan, lantaran masih melakukan konsolidasi. (Baca: Pemerintah Fokus Genjot Investasi di Tiga Sektor Tahun Depan)
Faktor lainnya adalah rendahnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi dan mengembangkan usahanya. Kondisi perekonomian yang belum stabil membuat pelaku usaha lebih memprioritaskan untuk memperbaiki kemampuan neracanya akibat tekanan dari pasar dan internal.
Sri Mulyani juga mengakui rendahnya investasi juga disebabkan adanya penurunan kontribusi dari belanja. Pemotongan anggaran tahun lalu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari indikator belanja pemerintah (government spending), yang tercatat minus 0,15 persen. Apalagi berkurangnya belanja negara juga berdampak pada indikator perekonomian lain, seperti konsumsi rumah tangga.
(Baca: Darmin: Pertumbuhan Ekonomi Meleset Akibat Pemotongan Anggaran)
Untuk meningkatkan investasi tahun ini, pemerintah sudah menyiapkan beberapa upaya yang akan dilakukan. Dengan meningkatkan kepercayaan pasar dengan menjaga pertumbuhan ekonomi, Sri yakin industri akan meningkatkan investasinya.
Pemerintah juga akan mendorong investasi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menteri Keuangan berharap penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan pemerintah bisa terlihat hasilnya dalam bentuk peningkatan investasi perusahaan pelat merah.
Selain itu, pemerintah juga akan berupaya agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini lebih kredibel. Sehingga belanja negara bisa lebih efektif dan tidak lagi terjadi pemotongan anggaran seperti tahun lalu.
Dengan begitu, pengaruh belanja negara terhadap investasi dan konsumsi masyarakat tetap baik. “Dari faktor pemerintah, kami usahakan agar tidak menjadi faktor yang menciptakan ketidakpastian. Itu adalah tema yang saya harap dari sisi demand tidak terganggu,” kata dia.
Untuk menciptakan kredibilitas tahun ini, Sri mengakui tantangannya masih sama yakni penerimaan negara. Karena itu, dirinya akan fokus pada upaya mendorong sektor yang berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan penerimaan pajak. (Baca: BI: Kenaikan Harga Komoditas Akan Topang Pertumbuhan Ekonomi 2017)
Program pengampunan pajak yang masih berjalan hingga akhir triwulan I-2017 juga diharapkan bisa meningkatkan basis pajak. “2017 kami harap APBN tidak menjadi faktor yang ciptakan uncertainty maka kredibilitas dari sisi revenue jadi penting. Quality of spending juga penting,” ujar dia.
Dari sisi ekspor, ia yakin tahun ini akan mengalami peningkatan dengan adanya sinyal perbaikan harga komoditas. Namun ia mendorong agar eksportir Indonesia mencari dan membuka peluang di pasar baru seperti negara yang pasarnya tengah berkembang (emerging market). Pasar ASEAN, Amerika Serikat (AS), Cina, dan India juga punya peluang untuk dikembangkan.