Dolar Perkasa, Tiga Negara ASEAN Sepakat Pakai Mata Uang Lokal

Arief Kamaludin|KATADATA
27/12/2016, 14.47 WIB

Sekadar catatan, nota Kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Gubernur BI Agus Martowardojo, Gubernur BNM Muhammad bin Ibrahim, dan Gubernur Bank of Thailand Veerathai Santiprabhob.

Sebelumnya, BI dan Bank of Japan (BoJ) kembali memperpanjang kerja sama Bilateral Swap Arrangement (BSA) senilai US$ 22,76 miliar. Langkah ini bertujuan memperkuat bantalan likuiditas kedua negara dalam menghadapi tekanan global. (Baca juga: Tekanan Global Naik, BI-Jepang Perpanjang Kerja Sama Swap Rp 22,76 T)

Agus mengatakan, kerja sama ini menunjukkan komitmen kedua otoritas untuk menjaga stabilitas keuangan regional di tengah masih terus berlangsungnya ketidakpastian di pasar keuangan global. "Sebab, BSA ini ditujukan untuk mendukung kebutuhan likuiditas potensial dan aktual melalui penyediaan skema pencegahan dan penanganan krisis," kata Agus dalam siaran pers, Senin (12/12).

Sebagai informasi, BSA ini merupakan kerja sama pertukaran cadangan devisa dolar Amerika Serikat (AS) antara Jepang dengan Indonesia. Tujuannya untuk mengatasi kesulitan likuiditas akibat permasalahan neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek. Kerja sama ini diharapkan bisa mendukung upaya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan di kawasan, serta melengkapi jaring pengaman keuangan yang telah ada baik di tingkat regional maupun global.

Selain dengan Jepang, Indonesia juga tergabung dalam Chiang Mai Initiative Multilateralitation (CMIM). CMIM berisikan negara di Asia Tenggara ditambah negara Asia lainnya seperti Jepang, China dan Korea Selatan. Pada awalnya, nilai likuiditas yang disediakan Chiang Mai Initiative hanya US$ 120 miliar. Namun pada 2014 nilainya dinaikkan menjadi US$ 240 miliar. 

Halaman: