Harga Komoditas Naik, BI Optimistis Ekonomi 2016 Lebih Baik

Arief Kamaludin|KATADATA
Petani memanen buah kelapa sawit di Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
16/12/2016, 13.53 WIB

Sedangkan pada tahun depan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi berkisar 5-5,4 persen. Namun, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, pertumbuhan ekonomi global. (Baca: Presiden Berharap Ekonomi Kuartal IV Tumbuh 5,1-5,2 Persen)

Kedua, respons terhadap perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS) dan Cina. Ketiga, inflasi akibat rencana pemerintah menyesuaikan beberapa kebijakan harga (administered prices) terutama Tarif Dasar Listrik (TDL) dan elpiji.

Jika kebijakan itu dilakukan bersamaan, inflasi bisa tembus dari target empat persen plus minus satu persen tahun depan. “Akhirnya akan menganggu sasaran inflasi. Kalau terlalu tinggi akan menekan pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi konsumsi. Kemiskinan juga sensitif dipengaruhi (inflasi),” ujar Juda.

Sementara, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, penguatan konsumsi dan investasi khususnya bangunan akan mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini. Pada 2017, ekonomi diperkirakan memasuki fase pemulihan ditandai dengan sektor korporasi yang membaik dan pembiayaan yang diperkirakan meningkat, baik dari sisi kredit perbankan ataupun pasar modal.

(Baca: Sri Mulyani: Pondasi Ekonomi Kuat Hadapi Bunga The Fed)

Selain itu, pertumbuhan ekonomi didorong oleh kenaikan ekspor dari perbaikan harga komoditas. “Pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,4 persen di 2017 ditopang oleh permintaan domestik yang tetap kuat dan pulihnya kinerja ekspor,” kata Tirta.

Halaman: