Ekonom memperkirakan tekanan terhadap rupiah masih akan berlanjut hingga awal tahun depan. Untuk membantu menjaga stabilitas rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) perlu mempercepat masuknya dana repatriasi dari hasil program pengampunan pajak (tax amnesty).
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, instansinya sudah melakukan intervensi di pasar surat utang dan pasar valuta asing (valas) untuk mengerem laju pelemahan rupiah. Ia mengklaim biaya intervensi kecil sehingga cadangan devisa masih pada level aman.
“Kecil saja intervensinya karena pasar Indonesia ukurannya kecil. Sekarang pasar sudah tenang, kurs sudah stabil,” kata Mirza kepada Katadata, Senin (14/11).
Seperti diketahui, rupiah terus tertekan pasca kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) pada Rabu (9/11) lalu. Bahkan, rupiah sempat anjlok hingga menembus level 13.800 per dolar AS pada Jumat pekan lalu (11/11). Meski kemudian rupiah berangsur menguat lagi berkat intervensi BI.
(Baca juga: Dua Pemicu Anjloknya Rupiah, BI Kritik Para Analis)
Namun, Ekonom Maybank Juniman melihat, tekanan terhadap rupiah masih akan berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, kemungkinan hingga 2017. Penyebabnya, pelaku pasar masih menunggu kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter di AS.
Atas dasar itu, ia menyarankan agar pemerintah mengimbau peserta tax amnesty yang sudah mendaftarkan diri untuk merepatriasi hartanya, segera merealisasikan komitmen tersebut. Sebab, dana repatriasi bisa membantu memperkuat pasokan valas di dalam negeri.
“Itu (dana repatriasi) memperkuat BI untuk stabilisasi. Syukur kalau ditukar ke rupiah, jadi BI enggak perlu repot-repot intervensi,” kataJuniman. Imbauan tersebut juga untuk memastikan, wajib pajak tidak membatalkan komitmennya untuk merepatriasikan hartanya.
Mengacu pada data Direktorat Jenderal Pajak, hingga saat ini, total dana repatriasi mencapai Rp 143 triliun. Dana tersebut bakal masuk secara bertahap. Sebelumnya, Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo menyebut, sekitar Rp 40 triliun dana repatriasi sudah masuk ke Tanah Air. BI memprediksi, Rp 100 triliun sisanya bakal masuk di akhir tahun. Adapun dana tersebut bakal terparkir di Tanah Air setidaknya untuk kurun waktu tiga tahun.
(Baca juga: Djarum Diduga Repatriasi Aset Lewat Saham BCA Rp 117 Triliun)
Selain memberikan imbauan, Juniman menambahkan, pemerintah dan BI harus memastikan kesiapan instrumen investasi yang akan menjadi keranjang penempatan dana-dana repatriasi. Menurutnya, akan lebih baik jika instrumen yang disiapkan berjangka panjang dan ditujukan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.
“Kami harap di Desember, mereka datang dan rupiah akan diuntungkan. Kami perkirakan (rupiah bisa kembali) ke 13.000-an per dolar AS, kembali lagi, di akhir tahun,” ujar Juniman.