Para ekonom memprediksi rencana Trump untuk memangkas pajak akan membuat AS berhutang lebih banyak, akibat adanya kesenjangan antara pemasukan dan pengeluaran. Kepala Ekonom Bank HSBC untuk Amerika Serikat, Kevon Logan menjelaskan, pengurangan defisit anggaran sekaligus pemotongan pajak, akan menjadi hal yang sulit tanpa adanya pengurangan belanja federal secara proporsional. Jika pemerintahan Trump ingin mendorong agar pemangkasan pajak sejalan dengan pemotongan belanja negara, maka defisit anggaran federal akan semakin melebar.

Lapangan Pekerjaan dan Pertumbuhan

Angka pengangguran di Amerika Serikat telah berkurang hingga di bawah 5 persen. Hal ini menjadi catatan baik bagi rapor Obama. Namun Trump dalam kampanyenya tetap fokus pada upaya untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat yang terpuruk sejak krisis finansial melanda. Dengan program kerjanya, Trump ingin merangkul warga Amerika yang merasakan kehancuran di sektor industri serta tidak merasakan kenaikan gaji.

Dalam rangkaian kampanyenya, Trump menyatakan akan menghidupkan kembali Detroit sebagai pusat perindustrian, untuk mewujudkan agenda pereknomiannya. Ia menyebut, angka pengangguran di kota produsen kendaraan bermotor tersebut bahkan lebih tinggi dari rata-rata dan juga melampaui tingkat kejahatan. Pidato Trump ini dikhawatirkan akan membuat sektor manufaktur Amerika Serikat terpuruk.

Trump menjelaskan, kebijakan proteksionisme yang diusungnya akan membuat lapangan pekerjaan dan kesejahteraan tetap terjaga di dalam negeri Amerika Serikat. Ia berjanji meningkatkan lapangan pekerjaan. Trump yakin rencananya dalam hal pajak, perdagangan, dan imigrasi, mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Para ekonom mengingatkan, rencana Trump ini bisa memperburuk kondisi Amerika Serikat, bukan memperbaikinya. Rencana ini juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan lapangan pekerjaan baru.

Beberapa waktu lalu, Trump mengeluhkan kondisi infrastruktur di negaranya.  “Kami akan memperbaiki kota-kota, membangun kembali jalan layang, jembatan, terowongan, bandara, sekolah dan rumah sakit,” kata Trump dalam pidato kemenangannya. Namun ia tidak menjelaskan lebih lanjut upaya yang akan dilakukannya untuk perbaikan.

Suku Bunga

Sebenarnya ini bukan ranah pemerintah AS, karena suku bunga ditentukan oleh bank sentral Federal Reserve (The Fed). Namun, ada kecemasan yang melanda selama masa kampanye Trump. Kemenangan Trump dikhawatirkan akan mengancam independensi The Fed serta posisi pemimpinnya, Janet Yellen.  

Trump yang kini menjadi presiden terpilih, pernah menuding The Fed sengaja mempertahankan suku bunga tetap rendah untuk membantu Presiden Obama. Trump pun menyebut kebijakan The Fed telah menimbulkan “kekeliruan ekonomi”. April lalu, Trump mengatakan ingin mencopot Yellen. Dalam wawancara dengan majalah Fortune, Trump akan melakukan upaya maksimal untuk menghilangkan kekuasaan The Fed. Yellen mulai menempati posisi tertinggi The Fed di bawah pemerintahan Obama sejak Februari 2014.

Para pengambil kebijakan di The Fed telah mengisyaratkan adanya kenaikan suku bunga pada Desember mendatang. Kebijakan ini ditempuh untuk mengembalikan perekonomian Amerika Serikat setelah krisis keuangan global terjadi.  Namun kini para investor meragukannya, menyusul kemenangan Trump, yang menciptakan ketidakpastian dan mengguncang pasar.

Sementara itu untuk jangka panjang, kebijakan fiskal yang longgar melalui pemangkasan pajak dan belanja negara, berpotensi membawa AS pada kebijakan moneter yang lebih ketat. Kenaikan suku bunga AS bisa lebih tinggi dari perhitungan The Fed. (Baca: Setelah Trump Menang, Pasar Bisa Bergejolak Hingga 2017)

Obamacare

Trump ingin mencabut program kesehatan yang diusung Barack Obama, yaitu Obamacare, dan menggantinya dengan Affordable Care Act (ACA) yang dinilai lebih murah. Dalam kampanyenya, Trump bahkan menyebut Obamacare sebagai “bencana” yang mahal.

The Guardian menyebut lebih dari 20 juta orang pemegang polis asuransi, berterimakasih dengan adanya ACA. Namun, skema asuransi kesehatan ini sulit untuk dijalankan secara efisien, karena bergantung pada kompetisi di antara para penyedia jasa asuransi memberikan layanan kesehatan yang terjangkau.

Imigrasi

Janji Trump yang sangat mengundang perhatian adalah rencana untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan Amerika Serikat dengan Meksiko. Ia juga akan mendeportasi 11 juta imigran gelap. Kubu pesaing Trump menganggap langkah tersebut mustahil dilakukan. Trump ingin agar para imigran menjalani proses seleksi berdasarkan prestasi mereka di Amerika Serikat dan kemampuan mereka untuk mandiri secara finansial.

Perubahan Iklim

Kemenangan Trump seolah-olah menjadi alarm peringatan bagi para pegiat lingkungan hidup. Trump dikhawatirkan akan menghapus banyak kebijakan Obama yang mendukung pelestarian lingkungan hidup. Wakil ketua Partai Hijau di Britania Raya, Caroline Lucas, menggambarkan Trump sebagai penghancur upaya pencegahan perubahan iklim.

Di masa lalu, miliarder yang menguasai real estat di Amerika Serikat ini menyebut pemanasan global sebagai “omong kosong yang mahal”. Sekarang, kemenangan Trump dalam pemilu presiden Amerika Serikat telah menimbulkan ketidakpastian terhadap pelaksanaan perjanjian dari konferensi iklim COP21 di Paris.  Trump telah mengancam untuk menarik Amerika Serikat dari perjanjian yang mengusung pengurangan efek rumah kaca tersebut. Padahal, perjanjian itu telah memakan waktu 20 tahun untuk proses negosiasi.

Trump malah mengisyaratkan dukungannya untuk pemakaian batu bara, gas serpih, dan minyak serpih. Ia juga dikhawatirkan akan memangkas investasi untuk energi terbarukan, termasuk pendanaan untuk Environmental Protection Agency. Trump berjanji mempermudah peraturan untuk industri batu bara Amerika. Ikrar tersebut membuat Trump mendulang dukungan senilai US$ 223 ribu dari sektor ini. Sementara berdasarkan analisis Reuters, pesaingnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, tidak mendapatkan apa-apa.

Halaman: