Faktor Mudik Lebaran, Inflasi Pekan Kedua Juli Melejit 1,18 Persen

Arief Kamaludin | Katadata
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Yura Syahrul
22/7/2016, 11.28 WIB

Angka inflasi pada bulan Juli ini diperkirakan di atas satu persen atau jauh lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Penyebabnya adalah momen mudik Hari Raya Idul Fitri yang mengerek tarif transportasi dan harga barang-barang.

Hasil survei Bank Indonesia (BI) menunjukkan, angka inflasi hingga pekan kedua Juli ini telah mencapai 1,18 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan inflasi sepanjang Juni lalu yang sebesar 0,66 persen. Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Fiskal Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengatakan, penyebab utama lonjakan inflasi pada awal Juli ini adalah jalur distribusi terhambat oleh kemacetan imbas arus mudik Lebaran.

Faktor lain lonjakan inflasi pada awal Juli adalah kenaikan tarif angkutan udara seiring dengan mudik Lebaran dan musim liburan tengah tahun. “Pekan pertama kemarin (Juli) inflasi 1,2 persen dan di pekan kedua 1,18 persen. Kami tahu dua pekan ini akan ada kenaikan tarif angkutan udara dan gangguan distribusi akibat kemacetan,” kata Juda saat konferensi pers di Gedung BI, Jakarta, Kamis (21/7).

(Baca: Daya Beli Masyarakat Terjaga, Inflasi Juni 0,66 Persen)

Kemacetan tersebut turut mengerek harga komoditas pangan. Meningkatnya permintaan saat Lebaran dan masa liburan ikut mengerek harga pangan. Salah satu komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga yakni cabai. Kenaikannya mencapai 32 persen pad pekan pertama Juli.

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Sasmito Hadi Wibowo menjelaskan, inflasi pada Juli kemungkinan akan lebih tinggi dari bulan sebelumnya.Penyebabnya, kenaikan tarif angkutan umum karena tingginya permintaan menjelang Lebaran dan saat musim libur sekolah.

“Kenaikan tarif angkutan yang sudah naik di Juni tidak tancap terus. Juga di Juli yang kami khawatirkan (kenaikan tarif angkutan),” kata dia.

(Baca: Kejar Target, Ekonomi Semester II Harus Tumbuh 5,3 Persen)

Pada bulan Juli, libur panjang tersebut menyebabkan kenaikan permintaan jasa angkutan udara dalam jumlah besar. Bahkan, sepanjang Mei lalu, jumlah penumpang domestik yang menggunakan jasa penerbangan telah mencapai 6,9 juta orang akibat dampak libur panjang.

BPS memperkirakan, jumlah tersebut akan meningkat drastis pada Juli ini. Begitu juga dengan jenis angkutan lainnya, terutama angkutan darat. Kondisi ini kemudian mendorong kenaikan harga pada jenis tarif angkutan.

“Saya kira sepanjang (inflasi Juli) masih di bawah satu persen, masih oke-lah. Saya harap seperti itu, karena memang Lebaran hanya di minggu pertama. Kemudian di minggu kedua, mungkin komoditas pangan yang naik tajam (pada Juni) akan stabil atau menurun nanti (Juli),” ujar Sasmito.

(Baca: Impor Daging Sapi Terus Dibuka hingga Harga Turun)

Sekadar informasi, BPS mencatat inflasi pada Juni sebesar 0,66 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun kalender yaitu sejak Januari hingga Juni lalu sebesar 1,06 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Juni 2016 terhadap Juni 2015) sebesar 3,45 persen. Adapun target inflasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara perubahan (APBNP) 2016 sebesar 4 persen plus-minus satu persen.