Pemerintah telah berhitung akan dampak pemotongan subsidi Solar dari Rp 1.000 menjadi Rp 350 per liter. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan naiknya harga bahan bakar tersebut tidak akan memicu kenaikan inflasi. Harga solar saat ini masih di bawah nilai keekonomian.
Makin tingginya harga Solar, yang akan masuk rancangan APBN Perubahan 2016, memang bisa memicu kenaikan tarif angkutan umum atau pangan yang distribusinya menggunakan truk berbahan bakar solar. Namun kenaikannya diperkirakan tidak besar. Darmin pun masih yakin inflasi tahun ini sesuai target empat persen plus minus satu persen.
“Itu juga bagian dari persoalan anggaran. Tentu kalau subsidinya dikurangi, ya mau nggak mau harganya naik. Akan ada dampak terhadap inflasi, tapi tidak besar,” kata Darmin usai Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR di Senayan, Jakarta, Senin, 13 Juni 2016. (Baca: Subsidi Dipotong, Pemerintah Evaluasi Harga Solar setelah Lebaran).
Menurutnya, meski ada kenaikan harga, bantalan sosial terhadap masyarakat berpenghasilan rendah sudah disiapkan pemerintah. Bantalan tersebut berupa Kartu Pintar, Kartu Sehat, Subsidi Pupuk, ataupun bentuk subsidi lainnya. Dia mengaku, skema bantuan seperti ini lebih efektif disalurkan kepada masyarakat. (Baca: Revisi APBN 2016, Subsidi Solar Dipotong Jadi Rp 350 per Liter)
Hal senada disampiakan Sasmito Hadi Wibowo. Direktur Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) itu berpendapat bahwa kenaikan harga solar tidak berpengaruh besar terhadap inflasi. Meskipun kontribusi Bahan Bakar Minyak cukup besar terhadap inflasi, namun porsi solar dalam BBM hanya tiga persen.
Lagipula, menurut Sasmito, angkutan umum baru menaikan tarifnya jika sudah ada kepastian kenaikan harga. Jika angkutan umum menaikan tarifnya, dia mengakui kenaikan inflasi cukup besar. Sebab, kontribusi transportasi umum terhadap inflasi mencapai dua persen.
Begitupula pada harga pangan, terutama yang penyalurannya menggunakan truk berbahan bakar solar. Dampak yang lebih besar lagi terhadap inflasi jika dilakukan berbarengan dengan puasa, lebaran, tahun ajaran baru, atau moen serupa lainnya. (Baca: Tiga Alasan Pemerintah Hendak Cabut Subsidi Solar).
“Sekarang ini agak mix (dampak terhadap inflasi) kan barengan dengan puasa, lebaran, dan tahun ajaran baru, jadi campur leg-nya bisa hitungan mingguan. Misal berlaku pertengahan bulan, jangan-jangan baru terasa bulan berikutnya. Jadi momentumnya penting,” kata Sasmito kepada Katadata.