Pelemahan ekonomi global sejak tahun lalu menumbangkan banyak negara. Cina, yang berkontribusi terhadap sepertiga ekonomi dunia, pun terpukul. Pertumbuhan Negeri Panda itu tak lagi berjaya di dua digit. Bahkan, Director China Reform Foundantion National Economic Research Institute Fan Gang menyatakan untuk mengantarkan Cina ke posisi tujuh persen pun perlu waktu panjang.
Menurut Fan, ekonomi Cina telah melewati masa-masa yang tidak normal yakni tumbuh hingga dua digit. Level tersebut diprediksi tidak akan dapat diulangi. Namun Cina dapat mengejar pertumbuhan ke tujuh persen dengan perbaikan yang memakan waktu tidak sebentar. “Saya tidak terlalu optimistis bisa tercapai, apalagi dalam waktu pendek,” kata Fan, dalam seminar Global Challenges and Regional Solutions di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Senin, 25 April 2016.
Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi dikarenakan sikap anti korupsi Pemerintah Cina. Hal ini, kata Fan, sebagai penghambat belanja di daerah. Sebab, para eksekutif di tingkat daerah kerap enggan mengambil keputusan sehingga belanja di daerah menjadi terhambat. Fan menyebut birokrasi di level bawah menjadi pemalas. (Baca juga: Cina Mulai Menggeliat, Impor Elektronik Bakal Naik).
Sementara itu, sektor properti Cina saat ini juga melambat seiring kebijakan moneter Cina yang mengatur agar tidak terjadi bubble di pasar properti. Pemerintah Cina juga sedang berfokus kepada reformasi struktural di Badan Usaha Milik Negara. “Termasuk memperbaiki penerimaan negara dari pajak,” kata Fan.
Adapun beberapa hal yang terlihat positif yaitu kondisi industri yang mulai membaik dan menunjang sektor jasa. Hal ini berkontribusi terhadap hampir separuh dari Pendapatan Domestik Bruto Cina. Selain itu ditopang oleh Penanaman Modal Asing Cina yang sangat besar. Angka tahun ini sudah melampaui periode yang sama pada 2014. (Lihat pula: ADB Prediksi Ekonomi Asia 2016 Makin Lesu).
Pada kesempatan yang sama, Masahiro Kawai dari Graduate School of Public Policy University of Tokyo memgatakan saat ini adalah waktu yang tepat bagi Cina untuk menetapkan pertumbuhan ekonomi dengan lebih realistis. Dia khawatir apabila pertumbuhan ekonomi tetap dikejar terlalu tinggi malah menimbulkan sentimen negatif karena ekspektasi berlebih. “Kita harus menghindari situasi seperti itu,” kata Masahiro.