KATADATA - Imbas kenaikan harga cabai dan bawang merah, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan Maret akan mengalami inflasi kecil. Namun jika suplai kedua komoditas tersebut bisa dikelola dengan baik, kemungkinan bisa deflasi kembali.
Bulan ini, menurut Deputi Bidang Statistik, Distribusi, dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo, bisa terjadi inflasi kecil. Penyebab utamanya yakni harga bawang dan cabai merah. Selain karena cuaca, ada kemungkinan mayoritas lahan digunakan untuk menanam padi. (Baca: Harga Pangan Turun, Inflasi Februari Diperkirakan Rendah).
“Jadi semua lahan dipakai untuk produksi padi. Kalau bawang sama cabai dikendalikan akan deflasi. Kalau harganya masih tinggi, ya inflasi kecil,” tutur Sasmito usia apel Sensus Ekonomi 2016 di kantornya, Jakarta, Jumat, 18 Maret 2016. “Biasanya bulan-bulan deflasi itu maret atau Oktober.”
Sementara itu, harga pangan lainnya, seperti beras atau daging ayam, menunjukkan penurunan. Artinya suplainya mencukupi. Kemudian dari sisi harga yang diatur pemerintah atau administered price juga masih rendah, yakni karena ada penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL). (Baca: Minyak Rendah, PLN Turunkan Tarif Listrik).
Bulan ini PLN memang menurunkan tarif dasar listrik. Menurut Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun, ada tiga faktor pendorong penurunan ini. Pertama, harga minyak mentah Indonesia (ICP) menurun. Kedua, turunnya inflasi dari 0,96 persen pada Desember 2015 menjadi 0,51 persen di Januari 2016. Ketiga, nilai tukar rupiah relatif stabil, tidak mengalami fluktuasi berarti. Pada Desember 2015, nilai tukar rupiah berkisar 13.855 per dolar Amerika. Sebulan kemudian nilainya sekitar 13.889 per dolar Amerika.
Dengan alasan kejatuhan harga minyak mentah juga, pemerintah telah menurunkan BBM nonsubsidi. Untuk yang bersubsidi, harganya akan dikurangi pada awal bulan depan. Pemerintah menyatakan penurunan harga BBM Rp 800 – 1.000 per liter. (Lihat pula: Menteri Sudirman: Harga Premium Bisa Turun Rp 800-1.000).
Karena kondisi tersebut, dua bulan terakhir terjadi inflasi 0,51 persen dan deflasi 0,09 persen. Deflasi Februari sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia ketika itu. Penyebabnya, harga pangan dan tarif listrik turun. Deflasi bulan lalu merupakan yang kedua sejak 2010. Tahun lalu, deflasi terjadi pada Februari sebesar 0,36 persen.
Sebelumnya, Sasmito memperkirakan kemungkinan terjadi deflasi selama tiga bulan berturut-turut hingga April. Prediksi itu dilandasi perkiraanbahwa pada bulan -bulan ini memasuki musim panen, sehingga harga beras diperkirakan turun pada Maret. Lalu dikuti dengan penurunan harga energi seperti BBM, elpiji, dan TDL. Yang masih berpengaruh cukup tinggi kemungkinan terkait pasokan cabai rawit yang berkurang, karena memasuki musim penghujan.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi Moneter Bank Indonesia Juda Agung mengatakan hasil survei minggu kedua Maret ini inflasi sebesar 0,05 persen. Senada dengan Suryamin, menurut Juda faktor utama masih berasal dari harga yang bergejolak atau volatile food. “Saya kira bawang dan cabai itu sifatnya musiman. Termasuk juga kemungkinan pergeseran pelanggan listrik dari 900 volt ampere (VA) ke 1.300 VA,” ujar Juda.