Impor Turun, Neraca Dagang Kembali Surplus US$ 1,02 Miliar

Arief Kamaludin|KATADATA
Perdagangan dengan China Melesat Paling Cepat
Penulis: Muchamad Nafi
15/10/2015, 15.39 WIB

KATADATA - Seperti banyak diprediksi oleh sejumlah ekonom, neraca perdagangan Indonesia pada September 2015 kembali surplus. Badan Pusat Statistik mencatat surplus perdagangan bulan lalu US$ 1,02 miliar. Angka ini diperoleh dari nilai ekspor US$ 12,53 miliar dan total impor yang hanya US$ 11,51 miliar.

Walau terjadi surplus, sebenarnya nilai ekspor pada September turun 1,55 persen dibanding bulan sebelumnya. Penyebab utamanya ialah berkurangnya pengiriman migas ke luar negeri 5,2 persen dari US$ 1,53 miliar menjadi US$ 1,45 miliar. Di komoditas nonmigas, ekspor juga berkurang 1,06 persen dari US$ 11,195 miliar menjadi US$ 11,07 miliar.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, hal tersebut dikarenakan faktor jumlah hari, di mana pada Agustus terdapat 31 hari dan September hanya 30 hari. "Ada faktor yang cukup signifikan dari perbedaan jumlah hari tersebut," kata Suryamin saat memaparkan data statistik di kantornya, Jakarta, Kamis, 15 Oktober 2015.

Walau demikian, Suryamin mengatakan angka surplus tersebut naik dibanding psosisi perdagangan pada Agustus 2015 di mana surplusnya baru US$ 433,8 juta. Namun, lagi-lagi hal tersebut kembali ditopang oleh turunnya impor sebesar 7,16 persen. "Bahkan, sejak tahun lalu (yoy)turunnya mencapai 25,9 persen," ujarnya. (Baca juga: Neraca Perdagangan Surplus karena Impor Turun).

Secara kumulatif, total perdagangan Januari - September 2015 berlebih US$ 7,53 miliar yang terdiri dari ekspor US$ 115 miliar dan impor US$ 107,4 miliar. Adapun defisit masih disumbang oleh neraca perdagangan minyak dan gas sebesar US$ 460,9 juta atau secara total dari Januari sampai September 2015 sebesar US$ 5 miliar.

Ekspor-Impor (Katadata | Dok.)

BPS mencatat ekspor nonmigas pada September 2015 sebesar US$ 11,1 miliar atau turun 1 persen ketimbang Agustus 2015. Penurunan terbesar ada pada pengiriman mesin atau pesawat mekanik sebesar US$ 98 juta, setara 18,1 persen. Peningkatan ekspor terbesar terjadi pada perhiasan atau permata sebesar US$ 127,4 juta atau 29,4 persen. (Baca pula: Sinyal Mengkhawatirkan dari Data Perdagangan).

Adapun penurunan impor terbesar terjadi pada barang besi dan baja senilai US$ 130,6 miliar atau 30,55 persen. Sementara impor pesawat terbang dan bagiannya meningkat US$ 87,1 juta. "Tapi, penyumbang surplus nonmigas tetap bahan bakar mineral senilai US$ 1,19 miliar, mesin peralatan listrik senilai US$ 764 juta, dan perhiasan permata tadi," kata Suryamin.

Dari sisi partner dagang, Cina merupakan negara yang membuat defisit terbesar bagi perdagangan Indonesia pada September kemarin hingga US$ 1,4 miliar. Adapun negara penyumbang surplus terbesar, kata Suryamin, adalah Amerika Serikat. Dari Negara Paman Sam itu, perdagangan Indonesia surplus US$ 695 juta. "Untuk ASEAN, secara umum September ini kita masih surplus US$ 264,8 juta," kata Suryamin. "Ini artinya kita siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN nantinya."

Reporter: Ameidyo Daud Nasution