KATADATA ? Pelaku pasar modal dan keuangan merespons positif perombakan (reshuffle) kabinet oleh Presiden Joko Widodo pada Rabu ini (12/8). Figur menteri-menteri baru di bidang perekonomian diharapkan membawa angin segar untuk membangkitkan ekonomi Indonesia dan nilai tukar rupiah.
Rully Nova, analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, menilai Darmin Nasution yang baru saja dilantik sebagai Menteri Koordinator Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang ekonomi. "Darmin masih diterima oleh pasar. Diharapkan ada gebrakan dari dia karena relasinya dengan institusi internasional sangat dekat. Dengan negara seperti Amerika Serikat (AS), juga baik,? kata Rully kepada Katadata.
(Baca: Lima Wajah Baru di Kabinet Jokowi)
Sebagai menteri koordinator, Darmin diharapkan bisa memperkuat tim ekonomi sehingga dapat mengangkat pertumbuhan ekonomi yang tengah melambat. Sekadar informasi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2015 yang terendah sejak 2010. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2015 sebesar 4,67 persen secara tahunan (year on year/ yoy), lebih rendah daripada kuartal sebelumnya sebesar 4,71 persen.
Analis saham dari First Asia Capital David Nathanael Sutyanto juga berpendapat, pelaku pasar menyukai figur Darmin Nasution. Alasannya, Darmin punya pengalaman panjang di bidang ekonomi. "(Perombakan kabinet) seharusnya oke (ke pasar saham). Darmin cukup berpengalaman," katanya. Namun, David menilai, pasar saat ini masih fokus pada kebijakan moneter Cina dan AS.
Untuk memacu pertumbuhan ekonomi, Rully berharap, tim baru ekonomi bisa mendorong belanja modal pemerintah pada paruh kedua tahun ini. Kinerja ekonomi domestik yang membaik itu setidaknya bisa menangkal sentimen negatif dari luar negeri dan mengerem laju pelemahan rupiah. Pasalnya, pasar saat ini khawatir kebijakan Cina melemahkan mata uangnya dan rencana kenaikan suku bunga AS (Fed Rate) akan memicu arus keluar dana para investor asing dari pasar negara-negara berkembang (emerging market), termasuk Indonesia.
Kondisi tersebut akan semakin membenamkan mata uang rupiah. Hari ini, di pasar uang antarbank, rupiah diperdagangkan di level Rp 13.800 per dolar AS atau melemah dibandingkan dua hari sebelumnya yang masih sebesar Rp 13.500 per dolar AS. Kalau tim baru ekonomi mampu meningkatkan belanja pemerintah pada kuartal III ini, Rully meramal, rupiah bisa menguat kembali ke level Rp 13. 500 per dolar AS hingga akhir tahun.
Ia juga berharap, Thomas Lembong yang menggantikan Rachmat Gobel sebagai Menteri Perdagangan bisa menjaga besaran impor di tengah melambungnya harga barang-barang kebutuhan pokok belakangan ini. Adapun posisi baru Sofyan Djalil sebagai Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas juga sudah sesuai dengan kapasitasnya. Bekas Menko Perekonomian ini memang mempunyai latar belakang dan pengalaman di bidang ekonomi pembangunan.