KATADATA ? Selain PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. juga dikabarkan berminat untuk mengelola Blok Sanga-Sanga. Pemerintah membuka peluang kedua perusahaan negara ini bekerjasama untuk mengelola blok migas tersebut.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, yang juga Komisaris Perusahaan Gas Negara (PGN) I.G.N. Wiratmaja Puja, mengatakan setiap peluang baik di bisnis migas, harus bisa dimanfaatkan oleh PGN. "Yang jelas pasti berminat. Namanya perusahaan gas masuk ke hulu pasti berminat," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (16/6).
Pemerintah memang akan memprioritaskan pengelolaan Blok Sanga-Sanga kepada Pertamina, setelah kontraknya berakhir. Namun, PGN bisa saja bekerjasama dengan Pertamina, jika ingin masuk dalam pengeloaan blok migas tersebut. Ini sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 15 tahun 2015 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak Dan Gas Bumi yang Akan Berakhir Kontrak Kerja Samanya.
Dalam permen tersebut pemerintah bisa memutuskan pengelolaan blok migas yang kontraknya berakhir dengan tiga opsi. Opsinya adalah memperpanjang kontrak dengan kontraktor lama, memberikan hak pengelolaan kepada Pertamina, atau memberikan kepada Pertamina dan kontraktor.
Wiratmaja menyebut sampai saat ini belum ada pembicaraan mengenai Blok Sanga-Sanga. Berbeda dengan PGN, Pertamina sudah mengajukan ketertarikannya di Blok Sanga-Sanga, meski baru secara informal.
Blok Sanga-Sanga terletak di provinsi yang sama dengan Blok Mahakam, yakni Kalimantan Timur. Cadangan minyaknya masih ada 13.232 MSTB (thousand stock tank barrel) dan cadangan gasnya 448,96 miliar kaki kubik (BSCF). Sementara produksinya masih sebesar 16.733 barel setara minyak per hari (BOEPD).
Kontrak Blok Sanga-Sanga akan berakhir 2018, yang saat ini masih dipegang oleh Vico sebagai operator. Adapun pemegang saham blok ini terdiri dari BP East Kalimantan sebesar 26,25 persen, Lasmo Sanga Sanga (26,25 persen), Virginia Indonesia Co LLC(7,5 persen), OPICOIL Houston Inc (20 persen), Universe Gas & Oil Company (4,37 persen), Virginia International Co LLC (15,63 persen).