Presiden Jokowi Dukung Indonesia Masuk OPEC

KATADATA
Penulis: Safrezi Fitra
15/5/2015, 18.19 WIB

KATADATA ? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengaku telah mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai rencana Indonesia aktif kembali di Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak atau Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Menurut dia niat tersebut sudah dua kali disampaikan ke Presiden Joko Widodo. Pertama kali dia menyampaikan niat tersebut ketika melakukan kunjungan kerja ke Papua Nugini bersama dengan Presiden. Di sana Presiden Jokowi kata dia sangat mendukung Indonesia untuk kembali masuk dalam OPEC. 

Sudirman juga menyampaikan niat tersebut saat meminta izin menghadiri konferensi OPEC yang diselenggarakan pada 3-4 Juni 2015. Saat itu Presiden Jokowi kembali menyatakan dukungannya.

"Beliau sangat sependapat, kita harus bergaul, harus berinteraksi dengan market. Apalagi kita adalah salah satu pembeli terbesar, sehingga wajar jika kita menjalin hubungan dengan para produsen, eksportir," kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (15/5).

Keinginan pemerintah untuk kembali masuk menjadi anggota OPEC ini sempat mendapat kritik dari beberapa pihak. Mantan Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi Fahmi Radi menganggap Indonesia tidak layak menjadi anggota OPEC. Bahkan, dia khawatir Indonesia akan jadi bahan tertawaan, jika memaksakan diri bergabung menjadi anggota OPEC.

Menurut dia, sejak 2005 Indonesia sudah dianggap sebagai importir bersih (net importer) minyak. Meski masih melakukan ekspor, tapi  impor minyaknya lebih besar. Padahal syarat menjadi anggota OPEC adalah negara eksportir bersih (net exporter).

Kepala Divisi Pengendalian Program dan Anggaran Bidang Pengendalian Perencanaan SKK Migas yang juga Analisis Kebijakan Fiskal OPEC Benny Lubiantara, mengatakan Indonesia sangat sulit bergabung dengan OPEC. Untuk menjadi negara peninjau pun syaratnya harus net exporter.

Alasan untuk mendapatkan minyak lebih mudah pun tidak tepat. Menurut dia untuk mendapatkan minyak tidak harus menjadi OPEC. Menurut dia hal itu bisa didapatkan dengan meningkatkan hubungan bilateral  dengan negara-negara penghasil minyak.

"Malaysia tidak pernah jadi anggota OPEC, tapi bisa mendapatkan minyak dengan mudah karena interaksi dengan negara penghasil minyak berjalan baik," ujar dia.

Indonesia memang pernah menjadi anggota OPEC sejak 1961, tapi kemudian memutuskan keluar dari keanggotaannya pada 2008. Keputusan ini lantaran Indonesia sudah menjadi negara pengimpor. Kegiatan eksplorasi dan volume produksi berkurang, sehingga  cadangan migasnya pun menurun. Sementara kebutuhan migas dalam negeri terus meningkat.

Berdasarkan data Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas), produksi minyak mentah Indonesia sejak 1996 hingga 2006 terus mengalami penurunan rata-rata sebesar 10-12 persen. Penurunan produksi ini melambat menjadi 2-3 persen pada periode 2006 hingga 2011.

Masalahnya penurunan produksi ini berbanding terbalik laju konsumsi minyak di dalam negeri yang rata-rata tumbuh sebesar 5,8 persen. Hal ini membuat Indonesia harus mengimpor minyak untuk mencukupi kebutuhan nasional.

Reporter: Arnold Sirait