Pemerintah Perlu Waspada Jika Impor April Turun

Pelabuhan Tanjung Priok KATADATA | Donang Wahyu
Neraca perdagangan April diprediksi meningkat, tapi pemerintah tetap perlu waspada kalau nilai impor turun.
11/5/2015, 14.55 WIB

KATADATA ? Neraca perdagangan April diprediksi masih akan mengalami surplus. Namun, pemerintah diminta waspada jika surplus tersebut diakibatkan dari nilai impor yang terus menurun.

Turunnya impor memang dapat berdampak positif terhadap defisit neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan. Tapi turunnya impor bisa jadi merupakan implikasi dari perlambatan ekonomi yang berdampak terhadap daya beli masyarakat.  

Menurut Lana Soelistianingsih, ekonom Samuel Sekuritas, pada April semestinya impor meningkat. Terutama impor bahan baku sebagai antisipasi kebutuhan bulan puasa dan lebaran.

(Baca: Meski Perdagangan Surplus, Indikasi Perlambatan Ekonomi Terlihat)

?Jadi kalau pada April impor turun lebih besar, berarti pelaku usaha tidak yakin konsumen mau spending,? kata Lana saat dihubungi Katadata, Senin (11/5). ?(Kalau ini terjadi) bukan hanya lampu merah, tapi (pemerintah) harus cari terobosan.?

Jika situasi ini berlanjut, lanjut dia, pemerintah tidak perlu ragu-ragu untuk merevisi asumsi-asumsi ekonominya. Pasalnya, sekarang kinerja perekonomian dalam negeri sangat bergantung pada kemampuan daya serap anggaran pemerintah.

(Baca: Ekonomi Indonesia Melambat, Hanya Tumbuh 4,71 Persen)

Setelah daya beli masyarakat yang turun, kemungkinan penerimaan pajak pun meleset dari target. ?Daya beli (masyarakat) memang terganggu, tapi kalau lebaran biasanya meningkat. Jadi setelah Juni, (belanja) pemerintah harus luar biasa,? kata dia.

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memperkirakan, surplus neraca perdagangan April sebesar US$ 200 juta. Angka ini turun dibandingkan surplus Maret sebesar US$ 1,13 miliar.

(Baca: Risiko Masih Mengintai, Ekonomi Butuh Stimulus)

Nilai ekspor diperkirakan meningkat, dengan naiknya harga komoditas minyak dan batu bara. Tapi, nilai impor juga diprediksi bertambah seiring akan masuknya bulan puasa pada Juni nanti. Impor barang konsumsi, menurut dia, baru akan naik signifikan pada Mei ini.

Lebih lanjut David mengatakan, jika impor barang modal melanjutkan peningkatan pada April, dapat menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada kuartal II. Pada Maret, nilai impor barang modal tercatat sebesar US$ 2,3 miliar atau naik 21,5 persen dibandingkan Februari sebesar US$ 1,9 miliar.

(Baca: Gubernur BI Kritik Cara Komunikasi Pemerintah)

?Konsumsi (April) cenderung stabil. Yang kami lihat (sekarang) kan indikator pertumbuhan ekonomi, bahan baku dan barang modal,? tutur David.

Reporter: Desy Setyowati