Rupiah Melemah, Defisit Transaksi Berjalan Bisa Mendekati 4 Persen

Dollar KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis: Safrezi Fitra
11/3/2015, 18.40 WIB

KATADATA ? Kalangan ekonom memperkirakan, defisit transaksi berjalan (current account defisit/CAD) akan melebihi prediksi Bank Indonesia (BI) 3,1 persen hingga akhir tahun. Penyebabnya adalah pelemahan nilai tukar rupiah yang mendekati Rp 13.200 per dolar Amerika Serikat (AS), yang membuat nilai impor bisa meningkat.

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Agustinus Prasetyantoko mengatakan impor bahan baku akan lebih tinggi pada semester II tahun ini, seiring dengan pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah. Peningkatan nilai impor ini bisa mengarahkan CAD ke level 3,5 persen.

"Saya kira tidak akan sampai 4 persen, paling 3,5 persen. Itu angka yang tidak kredibel di mata investor. Tapi, masih bisa dimaklumi kalau impornya bahan baku," kata Prasetyantoko saat dihubungi Katadata, Rabu (11/3).

Dia juga mengusulkan agar pembangunan infrastruktur dipercepat. Hal ini dinilai mampu mengembalikan kepercayaan investor, karena implementasi dari pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) diharapkan bisa membawa perekonomian tumbuh diatas 5 persen.

Meski demikian, dia tidak yakin ekonomi bisa tumbuh sesuai target 5,7 persen. Perekonomian hanya akan tumbuh 5,3 persen. Kurs rupiah yang masih melemah, akan menyulitkan BI menurunkan suku bunga acuan (BI Rate). Padahal penurunan BI Rate sangat dibutuhkan oleh kalangan industri, agar bisa mendapatkan modal dari perbankan dengan bunga yang rendah.

Selain itu, pelemahan rupiah juga akan membuat obligasi valas menjadi lebih mahal dan biaya impor bahan baku meningkat. Makanya, kata dia, pemerintah perlu segera mengambil langkah agar kurs rupiah bisa kembali menguat. Setidaknya nilai tukar rupiah bisa sesuai dengan target APBN tahun ini.

Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan mengatakan ada kekhawatiran pada investor bahwa defisit transaksi berjalan akan meningkat di tengah pelemahan rupiah. Terutama, pada semester 2 ketika impor barang modal diperkirakan meningkat, seiring dengan dimulainya ekspansi pemerintah. Bahkan ada kemungkinan CAD meningkat hingga 4 persen.

?Tergantung pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas. Kalau harga komoditas naik lagi, otomatis CAD mengecil,? ujarnya.

Reporter: Desy Setyowati