KATADATA ? Bank Indonesia (BI) menilai kurs rupiah yang berada di posisi Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) masih sesuai dengan kondisi fundamental perekonomian.
Posisi nilai tukar rupiah saat ini dinilai sudah cukup ampuh menekan impor, terutama barang konsumsi. Di sisi lain, pelemahan rupiah kompetitif untuk mendorong kinerja ekspor.
?BI nggak punya target kurs. Sasaran kami rupiah stabil sesuai fundamental. Level kurs sekarang cukup oke,? kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (10/3).
Dia menjamin BI tetap akan ada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar, sehingga tidak perlu khawatir pergerakan rupiah menimbulkan kepanikan. ?BI tidak segan-segan mengintervensi valas (valuta asing),? tutur dia.
Perry mengatakan, ada tiga faktor yang menyebabkan rupiah melemah. Pertama, terpengaruh pertumbuhan ekonomi AS yang menguat dan rencana the Fed menaikkan suku bunga.
Kedua, kebijakan stimulus bank sentral Eropa dan bank sentral Jepang membuat mata uang mereka melemah terhadap dolar AS. Kebijakan tersebut menambah likuiditas di pasar keuangan di kedua kawasan, namun karena perekonomiannya belum mampu menyerap stimulus tersebut maka mata uangnya melemah yang berimbas terhadap Indonesia.
Ketiga, faktor domestik, yakni masih tingginya defisit neraca transaksi berjalan. Pemerintah, kata dia, berjanji akan menjaga defisit berada di kisaran 3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Meskipun lebih tinggi dari perkiraan awal 2,8 persen, tapi BI menilai angka tersebut masih cukup baik.
Defisit yang naik terutama didorong oleh impor barang modal yang diperkirakan meningkat pada semester II tahun ini, seiring mulai berjalannya proyek pemerintah.
?Fokus kebijakan BI adalah bagaimana kami pastikan stabilitas makro ekonomi tetap terjaga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,? kata Perry.
Country Head of Indonesian Equities and Research UBS Joshua Tanja mengatakan, nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp 13.250 per dolar AS hingga tahun depan. Menurutnya, pelemahan kurs yang terjadi sekarang cenderung disebabkan faktor eksternal, yakni membaiknya perekonomian AS.
?Untuk tahun ini kami masih prediksikan (nilai tukar) di angka Rp 13.250 per dolar AS, sama seperti tahun depan,? kata Joshua.
Secara internal, dia menilai, kondisi ekonomi Indonesia secara umum membaik pada tahun ini. Meskipun pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak akan mencapai target 5,7 persen.