Penundaan Kenaikan BBM, Berdampak Negatif Terhadap Pasar

Donang Wahyu|KATADATA
Penulis:
Editor: Arsip
30/10/2014, 18.03 WIB

KATADATA ? Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David E Sumual meminta pemerintah tidak hanya berwacana soal kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi. Dia khawatir jika pemerintah hanya berwacana dan menunda-nunda kenaikkan harga BBM akan memberi dampak negatif kepada pasar.

Menurutnya, kenaikkan harga BBM perlu segera dilakukan. Apalagi saat ini bank sentral Amerika Serikat (the Fed) telah menghentikan kebijakan quantitative easing (QE) atau program stimulus melalui pembelian obligasi bulanan. Ada kekhawatiran bahwa rupiah akan melemah, terlebih ketika the Fed melanjutkannya dengan menurunkan suku bunganya. Kenaikan harga BBM dinilai menimbulkan kepastian bagi pasar, dan danpaknya bisa positif terhadap rupiah. 

"Paling penting kenaikan BBM. Itu sinyal baik," katanya ketika dihubungi Katadata, Kamis (30/10). (Baca:  Gubernur BI: Kebijakan The Fed, Rupiah Masih Akan Melemah)

David mengatakan, pemerintah tidak perlu takut mengenai dampak inflasi terhadap kebijakan tersebut. Menurutnya kenaikkan harga BBM sekitar Rp 2000-Rp 3000 per liter tidak akan menurunkan daya beli masyarakat. 

Saktiandi Supaat, Head FX Research Maybank, mengatakan investor saat ini akan fokus pada fundamental ekonomi Indonesia, terutama bagaimana cara pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menyelesaikan defisit neraca transaksi berjalan dan menekan inflasi.

Namun, dia menilai BI kelihatannya akan tetap melanjutkan kebijakan moneter yang ketat. Dia menilai, BI cenderung menerapkan kebijakan macro-prudential, ketimbang kebijakan suku bunga dan kurs untuk mengatasi kedua persoalan tersebut. Padahal, pasar menunggu langkah kabinet dalam menyelesaikan sejumlah isu, terutama terkait subsidi BBM.

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait