KATADATA ? Program mobil murah dan ramah lingkungan yang digagas pemerintah sejak setahun lalu dinilai efektif menekan defisit neraca perdagangan di sektor otomotif.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) selama semester I-2014, defisit neraca perdagangan di sektor kendaraan roda empat sebesar US$ 490 juta. Angka tersebut 65 persen lebih rendah dibandingkan semester I-2013 sebesar US$ 1,4 miliar.
Berkurangnya defisit neraca perdagangan mobil ini sejalan dengan langkah pemerintah mengizinkan produksi mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC) pada September tahun lalu.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, program LCGC akan mendorong kinerja ekspor perdagangan. Hal ini seiring meningkatnya kebutuhan negara tetangga terhadap kendaraan roda empat.
?Kita melakukan pabrikan di sini atau rakitan di sini. Semakin banyak makin variatif itu yang dorong ekspor kita,? tuturnya di Jakarta, Rabu (1/10).
Menurut dia, tingginya pasokan mobil di dalam negeri berhasil menekan impor kendaraan roda empat. Meskipun hingga saat ini, dorongan LCGC terhadap ekspor nasional masih belum begitu terasa. ?Dia (LCGC) masih baru, jadi tunggu kalau sudah lewat setahun,? kata Sasmito.
Berdasarkan data BI, impor mobil sepanjang semester I-2014 senilai US$ 1,8 miliar, turun 29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor kendaraan roda empat pada semester I mencapai US$ 1,4 miliar, naik 13 persen dibandingkan semesterir I-2013 sebesar US$ 1,2 miliar.
Saat ini, BPS mencatat Indonesia mengekspor mobil seperti merk Innova dan Fortuner ke negara-negara Timur Tengah dan beberapa negara tetangga di ASEAN. Adapun LCGC telah diekspor ke negara-negara di kawasan Afrika dan Asia.