Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini menguat 0,34% ke posisi Rp 15.412 per dolar AS. Rupiah menguat ditopang sentimen positif dari Standard and Poor's yang mempertahankan peringkat utang Indonesia tetap BBB, meski mengubah outlook dari stabil menjadi negatif.
Mayoritas mata uang Asia bergerak menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yuan Tiongkok menguat 0,06%, baht Thailand 0,36%, peso Filipia 0,26%, dolar Taiwan 0,06%, dan dolar Singapura 0,18%.
Sementara sebagian lainnya bergerak melemah. Won Korea melemah 0,19%, rupee India 0,18%, ringgit Malaysia 0,13%, dan yen Jepang 0,09%. Sementara dolar Hong Kong stagnan.
(Baca: Bengkak Akibat Corona, Utang Pemerintah per Maret Tembus Rp 5.000 T)
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan perubahan prospek surat utang Indonesia yang dilakukan S&P masih cukup bagus untuk pasar obligasi dalam negeri. Ini membuat arus modal asing kembali masuk ke pasar valas dan obliugasi domestik.
"Ini mengindikasikan bahwa fundamental ekonomi Indonesia cukup bagus walaupun di tengah pandemi virus corona yang terus mengkhawatirkan di dalam negeri," jelas dia.
(Baca: S&P Turunkan Prospek RI, Kemenkeu Akui APBN Terbebani Utang)
Selain peringkat S&P, penguatan rupiah juga terjadi seiring pelemahan indeks dolar akibat rencana pelonggaran lockdown di AS dan sejumlah negara di kawasan-kawasan Eropa. Rencana Uni Eropa untuk menambah stimulus fiskal juga turut membuat dolar melemah.
Ibrahim pun memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada perdangan besok dan berada di rentang Rp 15.320 hingga Rp 15.500 per dolar AS.