Beda dengan Luhut, Indef Ramal Ekonomi RI Tahun Ini Minus 2%

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/nz
Ilustrasi. Indef menyebut proyeksi ekonomi negatif seiring indeks keyakinan konsumen yang anjlok pada April.
Editor: Agustiyanti
18/5/2020, 21.40 WIB

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan optimistis pertumbuhan ekonomi  pada tahun ini masih mampu mencapai 3% meski terpukul dampak pandemi corona. Namun, Institute for Development of Economics and Finance atau Indef meramal ekonomi domestik bakal terkontraksi atau minus hingga 2%. 

Peneliti Indef Sugiyono Madelan Ibrahim meragukan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan yang menyakini pertumbuhan ekonomi mampu menyentuh angka 3%. Ini lantaran indeks keyakinan konsumen di bulan April turun dari angka 100 menjadi 62.

"Paling ekstrim minus 3%, tapi saya tidak yakin dengan itu mungkin antara minus 1% - 2% di bawah nol dan saya kira itu tidak seburuk krisis ekonomi tahun 1998 yang mencapai minus 13%," kata Sugiyono kepada katadata.co.id, Senin (18/5).

Menurut dia, pada periode yang sama tahun 2018 dan 2019, indeks kepeecayaan konsumen konsisten di angka 100. Penurunan tersebut terjadi diduga karena ketidakpastian kebijakan yang diambil pemerintah dalam menghadapi risiko krisis ekonomi saat ini.

(Baca: Pemerintah Perpanjang Listrik Gratis Hingga September 2020)

Keadaan semakin buruk karena hingga saat ini belum diketahui kapan wabah akan berakhir. Bahkan, masih ada risiko ledakan jumlah pasien positif virus corona jika penanganan pemerintah tak serius.

"Pengalaman dari kasus flu Spanyol kan ada tiga gelombang dan gelombang pertama lebih kecil dibandingakan gelombang kedua dan ketiga yang masih lebih tinggi sampai ditemukan vaksin," kata dia.

Kendati demikian, Sugiyono masih melihat peluang adanya investasi baru bisa yang masuk dari Jepang. Sebab, pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang terpukul pandemi corona membuat Perdana Menteri Negeri Sakura itu membeberkan niatnya untuk melakukan relokasi industri ke negara-negara lain yang lebih potensial.

"Perdana Menteri Jepang mengumumkan akan memberikan insentif kepada perushaaan-perusahaan untuk pindah keluar Tiongkok atau kembali ke Jepang atau ke India atau termasuk ke Asean dan Indonesia, tapi saya tidak tahu realsasinya bagaimana," kata dia.

Sebelumnya, pemerintah optimistis ekonomi tetap tumbuh pada tahun ini meski ada pandemi corona. Bahkan Luhut menyebut pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 3%.

(Baca: Bansos Diperpanjang hingga Desember, Nilainya jadi Rp300 Ribu per Juli)

Dia mengklaim berbagai kebijakan yang disiapkan pemerintah mampu mempertahankan roda perekonomian. Salah satunya mengenai kebijakan hilirisasi. "Nilai tambah hilirisasi itu kan dilakukan supaya dapat pajak tambah, lapangan kerja, dan pendidikan tambah baik," kata Luhut dalam diskusi daring di Radio Republik Indonesia, Jumat (15/5).

Indikator lainnya, adanya ketauladanan yang diberikan pemimpin negeri dalam menghadapi pandemi corona. Hal itu menjadi salah satu indikasi kepercayaan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. 

"Sekarang diakui banyak orang-orang luar negeri. Contohnya tanda tangan investasi tadi malam senilai US$ 2,5 miliar dengan PT Bakrie Capital Indonesia untuk mengembangkan produk methanol agar membantu program B30," kata dia. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan pemerintah masih akan menggunakan skenario pertumbuhan ekonomi 2020 pada level 2,3%. "Itu merupakan skenario berat yang sekarang jadi skenario optimis," kata Sri Mulyani dalam konferensi video yang 

Reporter: Tri Kurnia Yunianto