Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Senin (31/8) menguat 0,47% ke level Rp 14.562 per dolar AS.Mata uang Garuda belakangan ini terlihat stabil. Tak hanya rupiah, mayoritas mata uang Asia juga ikut menguat.
Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong naik 0,01%, dolar Taiwan 0,02%, peso Filipina 0,15%, yuan Tiongkok 0,24%, dan ringgit Malaysia 0,2%. Sementara yen Jepang melemah 0,51%, dolar Singapura 0,16%, won Korea Selatan 0,28%, rupee India 0,3%, dan baht Thailand 0,07%.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah pada level Rp 14.554 per dolar AS, naik 18 poin dari level Jumat kemarin. Bank Indonesia mengumumkan kurs ini setiap hari pukul 10.00 WIB.
Ekonom Senior Faisal Basri menilai stabilnya nilai tukar rupiah akibat adanya banyaknya utang pemerintah. "Dalam bentuk global bond maupun surat utang negara yang dibeli masyarakat," kata Faisal dalam Rapat Dengar Pendapat Umum bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Senin (31/8).
Selain itu, lanjutnya, tingginya aliran modal asing yang masuk ke Indonesia belakangan ini juga turut membantu penguatan rupiah. BI mencatat terdapat aliran modal asing yang masuk ke dalam portofolio RI pada pekan ini sebanyak Rp 300 miliar. Dana asing yang masuk paling banyak melalui pasar surat berharga negara.
Laporan tersebut berdasarkan data transaksi dalam 24-27 Agustus 2020. Secara perinci, beli neto di pasar SBN sebesar Rp 1,63 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 1,33 triliun. "Jadi bukan karena kita hebat," ujarnya.
Kementerian Keuangan mencatat jumlah utang pemerintah per akhir Juli 2020 sebesar Rp 5.434,86 triliun. Nilai tersebut meningkat Rp 831,24 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4.603,62 triliun seiring peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani dampak Covid-19.
Posisi utang pemerintah mengalami peningkatan disebabkan oleh peningkatan kebutuhan pembiayaan untuk menangani masalah kesehatan dan pemulihan ekonomi nasional akibat Covid-19. Dengan jumlah utang tersebut, rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 33,63%, naik dari 29,51% pada periode yang sama 2019.
Adapun utang pemerintah masih didominasi surat berharga negara (SBN) yaitu 84,57% atau sebesar Rp 4.596,26 triliun. Sementara sisanya 15,43% berupa pinjaman atau Rp 838,60 triliun.