Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Selasa (1/9) menguat 0,18% ke level Rp 14.535 per dolar AS. Kendati demikian, rupiah langsung melemah ke Rp 14.575 per dolar AS sesaat setelah pembukaan.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berada di posisi Rp 14.610 per dolar AS hingga pukul 09.35 WIB. Adapun mayoritas mata uang Asia menguat pagi ini.
Yen Jepang naik 0,22%, dolar Hong Kong 0,01%, dolar Singapura 0,16%, dolar Taiwan 0,22%, won Korea Selatan 0,23%, yuan Tiongkok 0,2%, ringgit Malaysia 0,27%, dan baht Thailand 0,11%. Sedangkan, peso Filipina melemah 0,12% dan rupee India turun 0,3%.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menilai potensi resesi dan penularan Covid-19 yang terus meningkat menahan penguatan rupiah. Sebagaimana diketahui, perekonomian RI sudah terkontraksi 5,32% pada kuartal II 2020. Sementara para ekonom hingga Menteri Keuangan sudah memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan terkontraksi pada kuartal III.
Kasus positif Covid-19 di dalam negeri juga terus meningkat. Tercatat, sudah ada 174.796 orang yang terinfeksi virus corona dengan angka kematian 7.417 dan kesembuhan 125.959.
Meski begitu, Tjendra mengungkapkan bahwa nilai tukar regional terlihat masih mencoba untuk menguat terhadap dolar AS. "Kemungkinan karena pasar masih menanggapi positif kebijakan pelonggaran moneter Bank Sentral AS, The Fed yang lebih lama dan mungkin lebih agresif," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Selasa (1/9).
Hal ini dikonfirmasi oleh Wakil Gubernur Fed Richard Clarida semalam dalam suatu acara virtual yang diselenggarakan Oleh the Peterson Institue for International Economics. Kebijakan pelonggaran moneter AS yang agresif bisa menekan dolar AS sekaligus memberikan sentimen positif ke aset berisiko.
Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS terpantau turun 0,22% ke level 91.94. Tjendra pun memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp 14.450-14.650 per dolar AS.