Nilai tukar rupiah pada perdagangan di pasar spot pagi ini, Senin (14/9) dibuka menguat 0,23% ke level Rp 14.855 per dolar AS. Namun, rupiah berbalik melemah hingga berada di posisi Rp 14.927 per dolar AS hingga pukul 10.22 WIB.
Rupiah melemah di tengah mayoritas mata uang Asia bergerak menguat terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,01%, dolar Singapura 0,07%, dolar Taiwan 0,25%, won Korea Selatan 0,22%, peso Filipina 0,04%, yuan Tiongkok 0,05%, ringgit Malaysia 0,03%, dan baht Thailand 0,04%. Hanya rupee India yang turut melemah 0,1%.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan rupiah sempat dibuka menguat karena pasar sedikit lega dengan keputusan terkait PSBB yang tak seketat seperti awal pandemi Covid-19. "Berita PSBB Jakarta bukan merupakan PSBB total mungkin sedikit melegakan pelaku pasar," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Senin (14/9).
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi menerapkan kembali psbb secara ketat mulai hari ini. Pada pengetatan PSBB selama 20 hari ke depan ini salah satu fokusnya adalah membatasi mobilitas masyarakat.
Oleh karena itu, jumlah kapasitas penumpang pada transportasi publik, TransJakarta, MRT, LRT, CommuterLine, taksi, angkot dan kapal penumpangakan, dibatasi maksimal 50%, serta pengurangan frekuensi layanan dan armada. Sama halnya dengan kendaraan pribadi yang hanya boleh diisi maksimal dua orang per baris kursi, kecuali seluruh penumpang memiliki alamat domisili yang sama.
Selain itu kebijakan ganjil genap akan ditiadakan, ojek online berbasis aplikasi masih diizinkan mengangkut barang dan penumpang. Penerapan PSBB kali ini juga tak memerlukan surat izin keluar masuk, seperti kebijakan sebelumnya.
Sentimen positif juga datang dari dimulainya kembali pengujian vaksin Astrazeneca yang sempat terhenti. Dengan demikian, aset berisiko, indeks saham Asia, hingga nilai tukar emerging market juga bergerak menguat terhadap dolar AS.
"Sentimen positif ini mengesampingkan konflik AS dan Tiongkok yang memanas belakangan ini," ujar dia.
Dia pun memproyeksikan rupiah hari ini bergerak di antara Rp 14.750 - 14.950 per dolar AS.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance Abra Talattov menilai pelemahan rupiah yang terjadi saat ini hanya bersifat sementara. Alasan penerapan PSBB untuk menjaga aspek kesehatan juga sangat kuat sehingga masyarakat dan investor seharusnya dapat menerima keputusan tersebut. "Jika kesehatan bisa diperbaiki, ekonomi akan pulih sendirinya. Dengan begitu ada peluang dana asing kembali masuk lagi," kata Abra kepada Katadata.co.id di waktu yang berlainan.
Ia pun meyakini PSBB yang akan kembali diberlakukan secara total di Jakarta tak akan menimbulkan tekanan yang dalam pada rupiah seperti yang terjadi pada Maret dan April lalu. Salah satu alasannya, Bank Indonesia yang kini menjadi pembeli siaga dalam setiap lelang surat utang pemerintah.
Namun Abra menuturkan bahwa PSBB total kali ini kemungkinan akan kembali menyebabkan deflasi pada bulan September. Ini lantaran tak ada momentum khusus yang mendorong konsumsi. Konsumsi nasional hanya didorong oleh stimulus pemerintah. "Bisa lebih rendah deflasinya karena orang akan mulai rem lagi kegiatannya," ujarnya.
Dia menilai, pelonggaran PSBB yang berlangsung sejak awal Juni tak mampu mengerek daya beli masyarakat. Padahal, pusat perbelanjaan hingga tempat wisata sudah kembali dibuka.
Badan Pusat Statistik mencatat Indonesia kembali mengalami deflasi pada Agustus 2020 sebesar 0,05% karena daya beli masyarakat yang masih lemah. Pada Juli 2020, Indonesia juga mengalami deflasi sebesar 0,01%.