Bank Sentral AS, The Federal Reserve berjanji mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga inflasi melampaui target 2% demi mendukung pemulihan ekonomi. Namun, The Fed memperkirakan inflasi akan tetap berada di bawah target tersebut hingga 2022.
Panduan baru ini menandai dimulainya debat kebijakan moneter yang sengit karena The Fed bergeser dari fokus era krisis untuk menjaga pasar tetap bertahan selama pandemi virus corona ke pemilihan ekonomi yang stabil hingga beberapa tahun ke depan.
Ini adalah kebijakan terakhir The Fed sebelum pemilihan presiden pada 3 November mendatang. Presiden terpilih akan mendapatkan landasan biaya pinjamn rendah untuk mendorong perekonomian AS dalam beberapa tahun ke depan.
"Suku bunga akan tetap sangat akomodatif hingga ekonomi sudah jauh lebih pulih," ujar Gubernur The Fed Jerome Powell dikutip dari Reuters, Kamis (17/9).
Para pembuat kebijakan dalam proyeksi ekonomi terbaru memperkirakan kontaksi sebesar 3,7% pada tahun ini. Proyeksi ini jauh lebih kecil dari negatif 6,5% yang mereka perkirakan pada bulan Juni. Pengangguran yang terdaftar diproyeksi turun dari 8,4% pada Agustus menjadi 7,6% pada akhir tahun ini.
"Pemulihan ekonomi sedang terjadi dan berjalan baik," kata Powell.
Ekonomi AS pada kuartal kedua tahun ini terkontraksi dalam hingga 32,9% pada kuartal II-2020 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka itu merupakan yang terburuk sepanjang sejarah.
Namun, Powell memperkirakan pemulihan ekonomi akan melambat sehingga dibutuhkan dukungan lanjutan dari pengeluaran pemerintah.
Imbal hasil surat berharga AS bergerak sedikit lebih tinggi ke level 0,695% setelah Powell mengatakan bahwa Tha Fed akan mempertahankan pembelian obligasi pemerintah sebesar US$ 120 miliar per bulan.
Imbal hasil obligasi AS bergerak sedikit lebih tinggi ke level 0,695% setelah Powell mengatakan bahwa Tha Fed berencana untuk mempertahankan pembelian aset pada level saat ini.
"Ini dovish, suku bunga yang lebih rendah untuk jangka panjang, ekuitas yang lebih tinggi, dolar yang lebih lemah," kata Jon Hill, ahli strategi pendapatan tetap senior di BMO.
The Fed pada bulan lalu mengumumkan perubahan kebijakannya yakni dengan membiarkan inflasi berjalan di atas target untuk beberapa waktu sebelum bergerak untuk menaikkan suku bunga. Bank sentral memperkirakan inflasi inti akan berada di bawah 2% hingga 2022.
Perkiraan The Fed, inflasi akan berada di rentang 1,3% hingga 1,5% pada tahun ini, lalu 1,6% hingga 1,8% pada tahun depan, serta 1,9% hingga 2% pada 2023.
Ekonom AB Eric Winograd mengatakan Powell mungkin telah melemahkan pesan dovish yang dia kirimkan."Bukan kebetulan bahwa pasar saham, yang tadinya berada di wilayah positif, berbalik negatif setelah komentar Powell," katanya.
Janji The Fed untuk tetap akomodatif di masa mendatang awalnya mengangkat harga saham, tetapi aksi investor melepas saham-saham teknologi membuat Wall Street ditutup lebih rendah.