Penjualan Retail Membaik pada September, tapi Masih Fase Kontraksi

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
BI mencatat penjualan retail membaik pada September 2020 didorong oleh beragam bantuan sosial.
8/10/2020, 14.01 WIB

Survei Bank Indonesia mengindikasikan penjualan retail pada September 2020 membaik meski masih dalam fase kontraksi. Perbaikan terutama ditopang oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tetap tumbuh positif.

Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan hal tersebut tercermin dari perkiraan indeks penjualan riil (IPR) September 2020 yang  negatif 7,3%, membaik dari minus 9,2% pada bulan sebelumnya. "Kelompok barang lain yang penjualannya tumbuh membaik adalah kelompok bahan bakar kendaraan bermotor dan kelompok barang lainnya," tulis Onny dalam keterangan resminya, Kamis (8/10).

Penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau diperkirakan masih melanjutkan tren positif dari bulan sebelumnya sebesar 2,7% sehingga mencatat pertumbuhan 5,1%. Adapun kelompok lain yang tumbuh membaik meski masih dalam zona negatif adalah bahan bakar kendaraan bermotor dari minus 23,5% menjadi 19,4%, subkelompok Sandang dari negatif 64,9% menjadi 61,9%, dan suku cadang dan aksesoris dari minus 25,2% menjadi 23,6%.

Responden menyatakan, membaiknya penjualan eceran juga didorong oleh daya beli yang membaik karena berbagai insentif pemerintah, kelancaran distribusi, dan banyaknya program diskon.

Secara spasial, kinerja penjualan eceran pada September 2020 diperkirakan semakin membaik. Perbaikan penjualan eceran diprakirakan terjadi di hampir seluruh kota cakupan survei, meskipun hampir sebagian besar kota masih dalam fase pertumbuhan penjualan yang terkontraksi.

Sementara itu, kinerja penjualan eceran diindikasikan masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga 2020 meskipun membaik dari kuartal sebelumnya. Indeks penjualan eceran kuartal ketiga 2020 diperkirakan tumbuh negatif 9,6%, dibandingkan minus 18,2% pada kuartal kedua 2020. Kendati demikian, masih belum tumbuh positif sebagaimana pada kuartal ketiga 2019 yaitu 1,4%.

Perbaikan kinerja penjualan eceran pada kuartal ketiga 2020 terutama terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh 1,9% dari sebelumnya negatif 8,3%. Peningkatan kinerja penjualan kelompok ini didukung oleh membaiknya daya beli masyarakat seiring dengan sejumlah kebijakan insentif yang dikeluarkan pemerintah melalui optimalisasi program pemulihan ekonomi nasional.

Perkiraan perbaikan penjualan eceran September 2020 terjadi di tengah deflasi sebesar 0,05%. Adapun survei bank sentral juga mengindikasikan perbaikan penjualan eceran pada bulan Agustus dengan IPR yang tumbuh negatif 9,2% dari minus 12,3% meski di tengah terjadinya deflasi 0,05%. Perbaikan terjadi pada sebagian besar kelompok barang, dengan penjualan kelompok makanan, minuman dan tembakau tumbuh positif, sejalan dengan implementasi adaptasi kebiasaan baru yang mendorong aktivitas masyarakat.

Ekonom Center Of Reform on Economics Yusuf Rendy Manilet mengatakan penjualan eceran pada bulan September yang membaik tidak terlepas dari beragam bantuan pemerintah yang mulai tersalurkan. "Khususnya bantuan yang mendorong daya beli seperti bantuan sosial, banpres produktif ataupun subsidi gaji," kata Yusuf kepada Katadata.co.id, Kamis (8/10).

Penyaluran banpres produktif dilihat dari bertambahnya segmen simpanan dengan nominal kurang dari Rp 100 juta. Pada bulan Agustus, pertumbuhannya mencapai 1%, padahal pada bulan Juli masih berada pada level negatif.

"Ini kemudian mendorong kenaikan penjualan eceran pada seluruh kelompok seperti makanan dan minuman dan juga tembakau," katanya. 

Meski membaik, penjualan retail masih lemah terutama seiring kebijakan DKI Jakarta memperketat kembali PSBB. Dengan demikian, menurut dia, perbaikan pertumbuhan IPR seharusnya relatfif marginal, tidak menyentuh angka negatif 7% seperti yang diproyeksikan oleh BI.

Reporter: Agatha Olivia Victoria