Data Pengangguran Membaik, Ekonomi AS Dibayangi Gelombang II Covid-19

ANTARA FOTO/RUETERS/Brendan McDermid/wsj/cf
Ilustrasi. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis bahwa klaim baru pengangguran mencapai 709 ribu untuk pekan yang berakhir 7 November, turun dari 757 ribu pada minggu sebelumnya.
Penulis: Agustiyanti
13/11/2020, 10.05 WIB

Data pengangguran AS membaik pada Oktober dengan angka klaim pengangguran pada pekan keempat turun ke level terendah sejak Maret atau selama era pandemi Covid-19. Namun, kasus Covid-19 yang kembali melonjak menimbulkan kekhawatiran kondisi ekonomi akan memburuk.

Sebagian besar data perekonomian AS menguat akhir-akhir ini, terutama terkait ketenagakerjaan. Pertumbuhan nonfarm payroll untuk Oktober lebih baik dari ekspektasi dengan sekitar 12 juta pekerja telah kembali ke pekerjaan mereka setelah 22 juta PHK pada Maret dan April. Klaim pengangguran mingguan turun pekan lalu ke level terendah sejak Maret, Departemen Tenaga Kerja mengatakan Kamis.

Mengutip CNBC, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis bahwa klaim baru pengangguran mencapai 709 ribu untuk pekan yang berakhir 7 November, turun dari 757 ribu pada minggu sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memproyeksi angka klaim pengangguran sebanyak 740 ribu.

Angka tersebut menandai minggu keempat berturut-turut angka klaim pengangguran menurun. Namun, klaim tersebut tetap berada di atas rekor tertinggi sebelum pandemi yakni mencapai 695 ribu pada 1982.

Ekonomi AS pada kuartal ketiga mulai bangkit dari resesi dengan pertumbuhan mencapai 33%, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini. 

Namun, sejumlah ekonom khawatir perlambatan bisa datang karena kasus virus korona meningkat dan negara menerapkan pembatasan pada aktivitas bisnis dan pribadi.

Kasus baru Covid-19 di AS melonjak lebih dari 125.000 per hari hingga awal November, enam kali lipat dari rata-rata peningkatan kasus pada Juni. Seribu orang setiap hari sekarat, dan rumah sakit mencapai kapasitas di beberapa bagian negara sebagai ulangan dari hari-hari awal yang mengerikan dari wabah delapan bulan lalu. Pemerintah negara bagian dan lokal mulai memberlakukan pembatasan baru.

Reservasi untuk makan di restoran turun untuk minggu keempat berturut-turut, sementara pekerjaan di bisnis kecil juga turun secara berturut-turut pada sepanjang bulan lalu.

Gubernur The Fed Jerome Powell melihat pemulihan AS masih berada pada jalur yang solid. Namun, kasus yang terus melonjk dapat memberikan pukulan pada ekonomi.

"Kami melihat kasus baru kembali mencetak rekor, sejumlah negara mulai memberlakukan kembali pembatasan aktivitas, orang juga mungkin kehilangan kepercayaan. Beberapa bulan ke depan bisa jadi sangat menantang," ujar Powell dikutip dari Reuters, Jumat (13/11).

Analis Goldman Sachs David Choi mengatakan dampak dari meningkatnya wabah Covid-19 di AS pada keseluruhan aktivitas ekonomi sejauh ini "relatif terbatas". Ia menyebut banyak bisnis, konsumen, dan pemerintah daerah telah mengubah pengeluaran, pekerjaan, dan peraturan merek sehingga dampaknya tidak lebih besar dibandingkan saat gelombang pertama.

Namun, Ia mengingatkan gelombang infeksi yang sudah memecahkan rekor mungkin masih dalam tahap awal lantaran AS akan segera memasuki periode liburan dan bulan-bulan musim dingin.

"Kebangkitan virus masih dalam tahap awal, dan kami memperkirakan penyebaran virus secara keseluruhan lebih buruk daripada musim panas," tulis Choi.

Meski data menunjukkan bahwa perilaku konsumen kurang menanggapi peningkatan virus Covid-19, ia menyebut kondisi ini dapat berubah jika risiko jumlah kasus, rawat inap, dan kematian semakin meningkat.