Nilai tukar rupiah pada penutupan pasar spot tahun ini, Rabu (30/12) menguat 0,57% ke level Rp 14.050 per dolar AS. Rupiah terangkat sentimen penundaan kenaikan stimulus Negeri Paman Sam dan perkembangan program vaksinasi Covid-19 di dalam negeri.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate menempatkan mata uang Garuda pada level Rp 14.105 per dolar AS atau menguat 0,45% dari level Rp 14.169 per dolar AS. Kurs itu dipublikasikan Bank Indonesia setiap pukul 10.00 WIB.
Direktur TRFX Garuda Berjangka menjelaskan bahwa indeks dolar AS melemah usai Pemimpin Mayoritas Senat Negeri Paman Sam Mitch McConnell menunda pemungutan suara untuk meningkatkan jumlah stimulus. Saat berita ini ditulis, indeks mata uang Negeri Paman Sam anjlok 0,12% ke level 89,88.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia menguat sore ini. Mengutip Bloomberg, yen Jepang naik 0,27%, dolar Hong Kong 0,02%, dolar Singapura 0,11%, dolar Taiwan 0,17%, won Korea Selatan 0,52%, rupee India 0,15%, yuan Tiongkok 0,07%, ringgit Malaysia 0,29%, dan baht Thailand 0,16%. Hanya peso Filipina yang melemah 0,05%.
Dewan Perwakilan Rakyat AS dan Presiden Donald Trump menyetujui kenaikan stimulus dari US$ 600 menjadi US$ 2.000 per orang pada awal pekan ini. Menteri Keuangan Steven Mnuchin mengatakan bahwa distribusi cek stimulus US$ 600 per warga yang disetujui akan dimulai secepatnya pada Selasa malam.
Selain itu, Bank Sentral AS, The Fed memperpanjang tanggal berakhirnya Program Pinjaman Jalan Utama delapan hari hingga 8 Januari 2021. Ini untuk memproses banjir aplikasi yang diajukan sejak Mnuchin mengakhiri fasilitas kredit darurat bank sentral pada November 2020.
Dari dalam negeri, Ibrahim menilai rupiah juga terkerek persiapan vaksinasi Covid-19. "Dengan melihat perencanaan pemerintah yang optimis akan vaksin, maka pelaku pasar kembali gembira dan merespon positif terhadap pertumbuhan ekonomi ke depan yang akan kembali membaik," ujar Ibrahim kepada Katadata.co.id, Rabu (30/12).
Gelombang pertama vaksinasi pada Januari 2021 hingga April 2021. Vaksin akan disuntikkan kepada 1,3 juta petugas kesehatan dan 17,4 juta petugas publik.
Pada gelombang pertama vaksinasi, pemerintah juga mempertimbangkan pemberian vaksin kepada 21,5 juta penduduk lanjut usia berumur 60 tahun ke atas. Namun, penyuntikan dilakukan setelah mendapat informasi keamanan vaksin misalnya tertuang dalam data uji klinis tahap tiga atau izin penggunaan darurat dari BPOM.
Gelombang kedua vaksinasi akan dimulai pada April 2021. Vaksin akan disuntikkan kepada 63,9 juta masyarakat rentan atau masyarakat di daerah dengan risiko penularan tinggi. Selanjutnya masyarakat lain dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin dengan jumlah 77,4 juta penduduk.
Untuk perdagangan awal 2021, ia memperkirakan rupiah akan kembali menguat. Potensi pergerakan berada di antara Rp 14.040-14.080 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan rupiah tercatat melemah tipis 1,3% dibandingkan dengan akhir tahun 2019 meski ditutup menguat di hari terakhir tahun ini. Sementara dari sisi stabilitas, nilai tukar rupiah cenderung bergerak stabil meskipun volatilitasnya sempat meningkat pada bulan Maret yang lalu. "Ini sejalan dengan peningkatan permintaan dolar AS sebagai respon ketidakpastian perekonomian global yang dipengaruhi oleh pandemi secara global," ujar Josua kepada Katadata.co.id.
Pada Maret, rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.575 per dolar AS akibat tekanan di pasar global. Namun pada akhir tahun, kurs Garuda cenderung bergerak menguat akibat sentimen vaksin serta kemenangan Joe Biden di pemilu AS.
Secara rata-rata, nilai tukar rupiah sepanjang tahun 2020 tercatat berada di kisaran Rp 14.529 per dolar AS, meningkat dibandingkan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 yang tercatat di level Rp 14.141 per dolar AS. Berbeda dengan kondisi 2019, perlambatan ekonomi global bahkan kondisi krisis yang dialami sebagian besar negara di dunia mendorong keluarnya dana asing dari pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.
Investor asing membukukan net sell sebesar US$ 3,2 miliar sementara itu kepemilikan investor asing pada Surat Berharga Negara tercatat menurun sekitar US$ 4,6 miliar. Pada tahun 2020, pergerakan rupiah didominasi oleh dampak dari Covid-19 terhadap perekonomian global dan juga domestik.
Sementara itu, Josua memproyeksikan rupiah berpotensi cenderung stabil di rentang Rp 13.900-14.400 per dolar AS pada tahun 2021. Hal tersebut mempertimbangkan suku bunga bank sentral global yang tetap rendah serta stimulus fiskal yang masif secara khsusus dari pemerintah AS. Stimulus itu akan mendorong peningkatan daya tarik aset keuangan di negara berkembang secara khusus aset keuangan berdenominasi rupiah.
Selain itu, investor asing mencatatkan penurunan kepemilikannya pada SBN pada tahun ini, investor tersebut diperkirakan masuk kembali ke pasar SBN domestik. Sementara fundamental interest rate differential dan growth differential juga akan cukup baik serta keseimbangan eksternal akan tetap terjaga. "Ini terindikasi dari defisit transaksi berjalan yang akan tetap rendah dan mendukung terciptanya stabilitas rupiah pada tahun depan," kata dia.