Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,1% ke level Rp 14.400 per dolar AS pada pasar spot pagi ini, Senin (15/3). Rupiah melemah menanti data surplus neraca dagang yang diproyeksi menurun.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus bergerak melemah ke posisi Rp 14.404 per dolar AS hingga pukul 109.45 WIB. Mata uang negara-negara Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,1%, dolar Singapura 0,1%, won Korea Selatan 0,29%, peso Filipina 0,05%, dan baht Thailand 0,09%. Sementara dolar Hong Kong menguat 0,01%, dolar Taiwan 0,07%, rupee India 0,17%, yuan Tiongkok 0,08%, dan ringgit Malaysia 0,07%.
Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan bahwa pasar akan menantikan data neraca perdagangan Indonesia Februari 2021 yang dijadwalkan akan dirilis sekitar pukul 11:00 WIB. "Rilis yang diperkirakan akan lebih rendah dari periode sebelumnya yang mungkin akan menjadi beban untuk kinerja rupiah," kata Faisyal kepada Katadata.co.id, Senin (15/3).
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat neraca dagang pada Januari 2021 kembali mengalami surplus sebesar US$ 1,96 miliar. Impor pada Januari 2021 tercatat US$ 13,34 miliar, turun 7,59% dibandingkan Desember 2020 US$ 14,44 miliar atau 6,49% dibandingkan periode sama tahun lalu US$ 14,27 miliar.
Sementara ekspor pada Januari tercatat US$ 15,3 miliar, turun 7,48% dibanding Desember 2020 US$ 16,54 miliar, tetapi naik 12,24% dibandingkan Januari 2020.
Faisal menjelaskan, sentimen lain yang menjadi fokus adalah tren penguatan dolar AS karena lonjakan tingkat imbal hasil atau yield obligasi Negeri Paman Sam. Akhir pekan lalu, yield surat utang negara itu naik ke level tertinggi dalam lebih dari setahun yakni di atas 1,6% untuk tenor 10 tahun. "Ini dibalik ekspektasi pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat karena guyuran stimulus besar," ujarnya.
Kendati demikiam, indeks dolar AS terpantau menurun 0,06% ke level 91,62. saat berita ini ditulis. Faisyal memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak pada rentang Rp 14.300 - 14.430 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menyebutkan bahwa rupiah dihantui data U.Mich Sentiment yang dirilis Jumat lalu (12/3). Data itu menunjukkan kepercayaan konsumen AS membukukan nilai 83, lebih tinggi dari yang diharapkan 78,5 dan juga lebih tinggi dari periode sebelumnya, 76,8.
"Akibatnya, investor mengharapkan inflasi yang lebih tinggi dan mendorong imbal hasil obligasi AS lebih tinggi sebesar 9 basis poin menjadi 1,62%, tertinggi sejak 20 Februari 2021," ujar Josua kepada Katadata.co.id.
Seiring melonjaknya imbal hasil surat utang AS, dolar cenderung menguat terhadap mata uang utama, seiring indeks dolar AS naik 0,28% menjadi 91,679 pada Jumat lalu. Menurut dia, sinyal pemulihan dari kepercayaan konsumen juga mendorong investor untuk menyeimbangkan kembali portofolionya di pasar saham, yang ditunjukkan oleh melemahnya indeks NASDAQ, yang sangat membebani saham teknologi, sementara DJIA dan S & P500 ditutup lebih tinggi pada akhir pekan lalu.
Meski demikian, Josua menilai rupiah akan tertahan di level Rp 14.375-14.475 per dolar AS hari ini. Alasannya, neraca dagang RI Februari 2021 akan mencatat surplus yang lebih tinggi yaitu US$ 2,62 miliar.