Rupiah Melemah Imbas Kebijakan Baru Bank Sentral AS

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi. Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia.
22/3/2021, 10.01 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,17% ke level Rp 14.410 per dolar AS pada pasar spot pagi ini, Senin (22/3). Rupiah loyo akibat kebijakan terbaru Bank Sentral AS, The Federal Reserve.

Mengutip Bloomberg, rupiah kian melemah ke posisi Rp 14.440 per dolar AS hingga pukul 09.45 WIB.  Mayoritas mata uang Asia melemah pagi hari ini. Dolar Hong Kong turun 0,02%, dolar Singapura 0,16%, dolar Taiwan 0,11%, won Korea Selatan 0,13%, yuan Tiongkok 0,03%, ringgit Malaysia 0,13%, dan baht Thailand 0,31%. Sedangkan, yen Jepang menguat 0,01%, peso Filipina 0,05%, dan rupee India 0,02%.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengatakan, rupiah kemungkinan masih dalam tren pelemahan di tengah outlook berlanjutnya penguatan dolar AS. "Setelah kebijakan terbaru dari Fed terkait modal perbankan yang dirilis hari Jumat lalu," kata Faisyal kepada Katadata.co.id, Senin (22/3).

Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS naik 0,2% ke level 92.1. Mata uang Negeri Paman Sam pun terlihat menguat terhadap euro, pound Inggris, dolar Australia, dolar Kanada, dan franc Swiss.

The Fed memutuskan untuk tidak memperpanjang aturan relaksasi modal perbankan yang harus dipertahankan terhadap kepemilikan surat utang pemerintah dan kepemilikan-kepemilikan lainnya. Kebijakan tersebut telah berjalan selama pandemi dan akan berakhir bulan ini.

Keputusan The Fed ini, menurut Faisyal, memicu lonjakan tingkat imbal hasil atau yield obligasi AS. Selain keputusan The Fed,  ketegangan antara AS-Tiongkok setelah pertemuan dua hari yang berakhir Jumat lalu tidak menghasilkan terobosan terbaru juga membebani pergerakan rupiah hari ini, 

Dalam pertemuan yang berlangsung alot tersebut, AS menyebut Tiongkok sebagai ancaman stabilitas global. Namun, pihak AS mengaku telah menyampaikan hal-hal yang perlu disampaikan kepada pemerintahan Negeri Panda.

Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam memperkirakan, imbal hasil US Treasury AS  akan meningkat hingga 2.25%. Saat ini, Yield surat utang Negeri Paman Sam mencapai  1,75%., 

"Tingginya imbal hasil obligasi AS masih akan menjadi faktor penekan rupiah," kata Piter kepada Katadata.co.id, Senin (22/3).

Menurut Piter, semakin tinggi imbal hasil obligasi AS akan semakin memperkecil spread dengan yield obligasi di Indonesia. Kenaikan yield di AS didorong ekspektasi inflasi yang akan meningkat pada tahun ini. "Hal tersebut seiring membaiknya perekonomian di tengah guyuran likuiditas paket ekonomi Presiden AS Joe Biden," kata dia.

Ia menyebut, belum ada faktor yang mampu memperkuat rupiah pekan ini. Meski demikian, menurut Piter, kurs Garuda tidak akan melemah lebih dalam lagi. Rupiah hanya menunggu sentimen positif baru, terutama dari perkembangan pandemi.

Ia memperkirakan rupiah pada pekan ini akan bergerak sideways atau melemah pada awal pekan dan menguat di akhir pekan. Rupiah berpotensi bergerak di antara Rp 14.350-14.450 per dolar AS.

Reporter: Agatha Olivia Victoria