BI Prediksi Penjualan Retail Jelang Lebaran Terpukul Larangan Mudik

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/foc.
Ilustrasi. Survei BI menyebutkan bahwa penjualan retail stabil meski terdapat momentum Idul Fitri lantaran masih dilaksanakan pembatasan aktivitas masyarakat dan larangan mudik.
12/4/2021, 12.39 WIB

Bank Indonesia memperkirakan kinerja penjualan eceran atau retail pada Mei 2020 relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya. Penjualan retail stabil meski terdapat momentum Idul Fitri lantaran masih dilaksanakan pembatasan aktivitas masyarakat dan larangan mudik.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Februari 2021, Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) tiga bulan mendatang atau Mei 2021 tercatat 150,5, relatif stabil dibandingkan bulan ini 150,4. Sementara IEP pada enam bulan mendatang atau Agustus 2021 tercatat 151,4 atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 154,1.

"Relatif stabilnya penjualan pada Mei diperkirakan karena pembatasan yang dilakukan pemerintah saat hari besar keagamaan nasional," demikian tertulis dalam hasil survei yang dirilis, Senin (12/4).

Responden survei juga memperkirakan, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) pada tiga bulan yang akan datang atau Mei sebesar 156,4, stabil dari bulan sebelumnya. Stabilnya harga ditopang oleh perkiraan pasokan yang cukup dan distribusi yang lancar.

Di sisi lain, Indeks Ekspektasi Harga Umum pada enam bulan yang akan datang atau Agustus 2021 ditetapkan sebesar 141,7, lebih rendah dari 153,5 pada bulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan yang relatif rendah pasca-HBKN dan distribusi barang yang lancar.

Survei memperkirakan kinerja penjualan eceran pada kuartal pertama tahun ini diindikasi terkontraksi lebih dalam. Indeks Penjualan Eceran pada kuartal I2021 diprakirakan menurun menjadi minus 17,2% secara tahunan dari minus 16,8% secara tahunan.

Indikasi menurunnya kinerja penjualan eceran pada kuartal I 2021 terutama dilatarbelakangi oleh penurunan penjualan kelompok barang budaya dan rekreasi, peralatan informasi dan komunikasi serta kelompok makanan, minuman dan Tembakau. Berlanjutnya penerapan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro di area Jawa-Bali yang diperluas ke lima daerah menjadi latar belakang masih tertahannya permintaan sepanjangf kuartal I 2021.

"Responden juga menyatakan bahwa keadaan musim/cuaca yang kurang mendukung juga menyebabkan penurunan penjualan eceran pada periode laporan,"  kata BI.

Pada Februari 2021, kinerja penjualan eceran secara bulanan mengalami perbaikan. Indeks Penjualan Riil pada Februari tercatat 177,1, atau mengalami kontraksi 2,7% secara bulanan, lebih baik dari minus 4,3% pada Januari 2021.

Perbaikan tersebut terjadi pada banyak kelompok seperti bahan bakar kendaraan bermotor, perlengkapan rumah tangga lainnya dan suku cadang dan aksesori yang masing-masing tercatat minus 2,0%, -2%, -1,1%, lebih baik dari -10,4%, -6,9%,-5,0% pada bulan sebelumnya. Menurut responden, peningkatan kinerja penjualan eceran pada Februari sejalan dengan permintaan masyarakat saat hari libur Imlek dan libur nasional yang jatuh pada pertengahan Februari 2021. 

Secara tahunan, penjualan eceran pada Februari 2021 terkontraksi 18,1%, lebih dalam dari bulan sebelumnya minus 16,4%. Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan penjualan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau tekonraksi 9,8%.

Sementara itu, kinerja penjualan eceran pada Maret 2021 secara bulanan diprakirakan meningkat. Indeks Penjualan Riil Maret 2021 diprakirakan sebesar 182,3, atau tumbuh 2,9%. Prakiraan peningkatan penjualan eceran diprakirakan sejalan dengan meningkatnya permintaan masyarakat di tengah cuaca yang mendukung.

"Hal ini didukung informasi BMKG bahwa rata-rata curah hujan dalam kisaran menengah dan telah melewati puncak musim hujan. Hampir seluruh kelompok diprakirakan mengalami pertumbuhan positif," ujar BI. 

Pemerintah sebelumnya menyiapkan sejumlah strategi untuk mendongkrak konsumsi rumah tangga saat Ramadan dan Idul Fitri meski ada larangan mudik. Salah satunya melalui kebijakan subsidi ongkir Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) mencapai Rp 500 miliar. 

"Kami akan mendorong sisi konsumsi supaya permintaan mulai muncul," kata Sri Mulyani dalam acara Sarasehan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Nasional - Temu Stakeholders, Jumat (9/4).

Harbolnas akan berlangsung pada H-10 dan H-5 Lebaran 2021. Selain stimulus tersebut, ia optimistis  konsumsi akan meningkat karena ada pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk mobil dan rumah. Program Bangga Buatan Indonesia dan Bangga Wisata Indonesia yang tengah dicanangkan pemerintah juga akan mendorong konsumsi masyarakat.

Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan, seluruh stimulus pemerintah didesain dengan sangat hati-hati dan teliti. Meski ingin mendorong ekonomi, pemerintah tak ingin kasus Covid-19 kembali meningkat. "Ini selalu dicari titik tengahnya," ujar dia.