Jelang Lebaran, Belanja Menengah Atas Melesat ke Level Sebelum Pandemi

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/wsj.
Ilustrasi. Belanja masyarakat meningkat terutama untuk supermarket, restoran, dan fesyen.
29/4/2021, 14.41 WIB

Riset yang dilakukan Mandiri Institute menunjukkan terjadi perbaikan belanja masyarakat pada awal kuartal II 2021 seiring kenaikan mobilitas masyarakat menjelang Ramadan dan Lebaran. Belanja kelompok menengah atas bahkan sudah kembali ke level sebelum pandemi, pertama kali sejak Covid-19 merebak.

"Hal ini terkonfirmasi oleh peningkatan belanja yang cukup tinggi pada awal April untuk beberapa kelompok belanja utama seperti supermarket, restoran, dan fashion," demikian tertulis dalam bahan paparan Mandiri Institute yang diterima Katadata.co.id, Kamis (29/4).

Riset tersebut mencatat, belanja kebutuhan di supermarket relatif stabil sepanjang kuartal I 2021 dan semakin meningkat menjelang Ramadan pada awal kuartal II. Hal serupa terjadi pada belanja restoran. 

Belanja masyarakat terkait kesehatan juga cenderung stabil meski tingkat penularan Covid-19 menurun. Kebutuhan masyarakat akan suplemen, obat obatan, pelayanan, dan alat kesehatan tetap tinggi. Sementara itu, semakin banyak masyarakat yang melakukan tes Covid-19 sebagai syarat melakukan berbagai aktivitas dan mobilitas.

Setelah mengalami tekanan hampir sepanjang 2020, belanja fesyen kembali mengalami perbaikan pada akhir kuartal pertama tahun ini. Kenaikan terus berlanjut pada awal kuartal kedua dan untuk pertama kalinya berada di atas level sebelum pandemi.

Perbaikan tersebut kemungkinan didorong oleh semakin meningkatnya mobilitas dan aktivitas bekerja di kantor. Ini mendorong kenaikan permintaan pakaian dan produk fashion lainnya seperti sepatu dan tas. Kenaikan belanja produk itu terutama berasal dari belanja kelompok masyarakat dengan penghasilan tinggi.

Belanja kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi kembali ke level sebelum pandemi. Mandiri Institute menilai Pengendalian Covid-19 dan distribusi vaksin yang cepat akan menjadi kunci untuk mengembalikan keyakinan masyarakat, terutama kelompok menengah atas.

Sementara itu, tingkat penghasilan kelompok berpendapatan rendah perlu terus ditingkatkan untuk menjaga daya beli. Ini terutama diperlukan untuk menghadapi periode musiman bulan Ramadan dan Lebaran ketika masyarakat cenderung lebih banyak berbelanja.

Bali Masih Terpukul

Tingkat belanja berbagai provinsi di Jawa terus meningkat di atas level pra-pandemi. Perkembangan tersebut merupakan yang tertinggi sejak permulaan pandemi, kecuali di Yogyakarta dan Bali yang banyak bergantung pada sektor pariwisata.

Meskipun demikian, tingkat belanja di Yogyakarta terus menunjukkan tren pemulihan yang solid, sementara belanja masyarakat di Bali masih terus dalam tekanan. BPS mencatat tingkat penghunian kamar hotel di Bali hanya mencapai 8,99% pada Februari 2021, berada di bawah lainnya seperti tergambar dalam databoks di bawah ini.

Adapun kenaikan tingkat belanja paling tinggi terjadi di Kalimantan dan Sumatera seiring membaiknya harga komoditas utama di kedua wilayah tersebut yaitu batubara dan CPO.

Indeks nilai belanja di Jawa pada awal kuartal II 2021 merupakan yang tertinggi sejak awal 2020. Nilainya meningkat pesat sejak awal Maret 2021 seiring dengan meningkatnya mobilitas dan juga aktivitas masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan.

Sementara itu, indeks belanja di Maluku dan Papua masih belum menunjukkan tren meningkat ke level seperti pada akhir 2020.  Belanja masyarakat di Nusa Tenggara juga masih terus tertekan, jauh di bawah level pra-pandemi. Bencana alam yang terjadi di NTT dan NTB pada awal April 2021, membuat tingkat belanja masyarakat di kedua wilayah itu masih terus tertekan.

Pemerintah mengklaim ekonomi Indonesia mulai menunjukkan gejala perbaikan usai dihantam Covid-19. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa indikator yang mulai bergerak positif, terutama belanja masyarakat.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan konsumsi masyarakat mulai pulih, ditunjukkan dengan belanja nasional pada April yang tumbuh lebih dari 30% secara tahunan. "Cukup besar, tumbuh 32,4 persen secara tahunan untuk non seasonally adjusted (musiman)," kata Airlangga di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (19/4).  Sementara, belanja nasional untuk faktor musiman naik 13,1% secara tahunan.

Reporter: Agatha Olivia Victoria