Inflasi Rendah Hambat Laju Pertumbuhan Ekonomi RI

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (21/1/2021).
1/5/2021, 06.00 WIB

Laju inflasi di tengah pandemi cenderung lambat karena pembatasan mobilitas masyarakat. Dengan demikian, keadaan tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam mengungkit pertumbuhan ekonomi.

Anggota Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat Misbakhun menilai, inflasi yang rendah bahkan kecenderungan deflasi tidak memiliki daya angkat pertumbuhan ekonomi. Ini tercermin pada tahun lalu di mana inflasi hanya 1,68% sehingga pertumbuhan ekonomi pun terkontraksi 2,07%.

"Maka dari itu, kebijakan pemerintah harus bisa terus mendongkrak inflasi yang rendah," kata Misbakhun dalam Webinar bertajuk Waspada, Pemulihan Ekonomi Belum tentu Berlanjut, Jumat (30/4).

Dirinya menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah selama ini masih belum terlalu bisa mengerek inflasi. Padahal, inflasi yang salah satu komponennya merupakan konsumsi masyarakat merupakan pendorong kuat pertumbuhan ekonomi selama ini.

Misbakhun menyarankan agar pemerintah bisa mendorong inflasi sehingga mendongrak pertumbuhan ekonomi melalui tiap-tiap sektor. "Komponen belanja pemerintah pusat maupun daerah juga harus didorong untuk mendorong inflasi," ujarnya.

Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi Maret 2021 sebesar 0,08%, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 0,1%. Inflasi disumbang oleh kenaikan harga cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, hingga upah asisten rumah tangga.



Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, inflasi secara tahun kalender atau Januari-Maret 2021 tercatat 0,44%, sedangkan secara tahunan inflasi tercatat 1,37%. Tingkat inflasi secara bulanan maupun tahunan mengalami tren penurunan dalam tiga bulan pertama tahun ini.

"Tren inflasi bulanan menurun. Januari 0,26%, Februari 0,1%, dan Maret 0,08%. Inflasi secara tahunan atau yoy juga menurun dari 1,55% ke 1,38%, dan 1,37%,"kata Setianto dalam Konferensi Pers Perkembangan Indeks Harga Konsumen/Inflasi Maret 2021, Kamis (1/4).

Dari 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), inflasi terjadi di 58 kota  dari 90 kota yang disurvei. Sedangkan 32 kota IHK mencatatkan deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura 1,07% dan terendah di Tangerang dan Banjarmasin 0,01%. Deflasi tertinggi terjadi di Bau-bau 0,99% dan terendah di Palopo 0,01%

Berdasarkan komponennya, inflasi terutama didorong oleh komponen harga yang bergejolak mencapai 0,56%. Sementara inflasi kelompok inti hanya mencapai 0,03% dan harga yang diatur pemerintah 0,02%.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meminta inflasi tetap berada pada titik keseimbangannya di tengah pandemi. Ia pun berharap, inflasi dapat dijaga agar tidak terlalu rendah.

Jika pada kondisi normal pemerintah berupaya agar inflasi tak terlalu tinggi agar harga barang tetap terjangkau masyarakat, kini situasinya berbalik. "Kali ini kita dituntut mampu tingkatkan infllasi agar tidak terlalu rendah," kata Jokowi dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2020 yang disiarkan secara virtual, akhir tahun lalu.

Inflasi yang terlalu rendah akan membuat sektor usaha lesu. Oleh karena itu, pemerintah memberikan sejumlah stimulus untuk memastikan pelaku usaha tetap berproduksi. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan permintaan dan penawaran agar tidak ada tekanan pada perekonomian saat mulai pulih.

Reporter: Agatha Olivia Victoria