Mayoritas Komoditas Ekspor Indonesia ke Tiongkok Anjlok pada Mei

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi. BPS mencapat nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 16,6 miliar pada Mei 2021, turun 10,25% dari April 2021, Penurunan terutama terjadi untuk ekspor tujuan Tiongkok.
15/6/2021, 16.37 WIB

Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas nonmigas, seperti batu bara, minyak kelapa sawit, timah, tembaga, nikel, dan emas. "Batu bara misalnya naik 16,07%, minyak kelapa sawit 7,9%, dan tembaga 8,98%," ujar dia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis lonjakan harga komoditas akan membantu percepatan pemulihan ekonomi domestik. "Lonjakan harga ini membantu kita pulih lebih cepat," kata Airlangga dalam acara halalbihalal virtual bersama wartawan, pertengahan Mei 2021.

Ia menyebutkan, komoditas yang mengalami lonjakan harga di antaranya yakni nikel, minyak sawit mentah, karet, tembaga, dan emas. Kenaikan tersebut juga seiring meningkatnya permintaan global.

Airlangga pun berharap Indonesia dapat mengoptimalkan tingginya harga komoditas dengan hilirisasi.  Indonesia sebelumnya cenderung hanya mengekspor bahan mentah ke luar negeri. Namun, dalam empat hingga lima tahun terakhir, pembangunan industri berbasis nikel di dalam negeri sudah masif sehingga tidak lagi mengekspor bahan baku.

Mantan Menteri Perindustrian tersebut menilai Indonesia mampu mengekspor hasil hilirisasi nikel dan baja senilai US$ 10 miliar."Tentu ini merupakan capaian yang sangat baik," ujarnya.

Selain nikel dan baja, ia pun menyebutkan bahwa lonjakan harga batu bara dan alumunium harus dimanfaatkan dengan hilirisasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Oleh karen itu, pembangunan smelter di Batang dan Kalimantan Barat terus dipercepat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 16,6 miliar pada Mei 2021. Jumlah itu turun 10,25% dari April 2021, tetapi meningkat hingga 58,75% dibandingkan Mei 2020.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria