Pemerintah akan melelang tujuh seri surat utang negara (SUN) dalam mata uang rupiah untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan APBN 2021 pada Selasa (6/7). Target maksimal dari lelang ini ditetapkan Rp 49, 5 triliun.
Berdasarkan keterangan resmi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, pelaksanaan lelang dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.08/2019 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 38/PMK.02/2020. Lelang dibuka pukul 09.00 WIB dan ditutup pukul 11.00 WIB. Adapun Setelmen akan dilakukan pada Kamis (8/7).
Dalam lelang besok, pemerintah mematok target indikatif Rp 33 triliun dan maksimal Rp 49,5 triliun. Tujuh seri surat utang yang akan dilelang terdiri dari dua seri surat perbendaharaan negara dan lima seri SUN,
Dua seri SPN yang akan dilelang yakni SPN12211007 dan SPN12220707 memiliki kupon diskonto dan masing-masing akan jatuh tempo pada 7 Oktober 2021 dan 7 Juli 2022. Sementara tiga seri SUN yakni FR009, FR0091, dan FR0092 memiliki tingkat bunga tetap yang akan ditetapkan pada tanggal 6 Juli 2021.
Pembayaran kupon seri baru yakni FR0090 dan FR0091 dibayarkan secara tahunan setiap tanggal 15 April dan 15 Oktober, sedangkan pembayaran kupon FR0092 setiap tanggal 15 Juni dan 15 Desember. Ketiganya akan jatuh tempo masing-masing pada 15 April 2027, 15 April 2032, dan 15 Juni 2042.
Selanjutnya, seri FR0088 memiliki kupon 6,25% yang akan berakhir pada 15 Juni 2036. FR0089 mempunyai bunga 6,875% jatuh tempo pada 15 Agustus 2051.
Alokasi pembelian non-kompetitif untuk seri SPN yakni maksimal 50% dari yang dimenangkan. Sementara dari seri FR yakni maksimal 30%.
Peserta lelang SUN kali ini terdiri dari dealer utama yakni Citibank N.A., Deutsche Bank AG, PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Central Asia, Tbk., PT Bank Danamon Indonesia, Tbk., dan PT Bank Maybank Indonesia, Tbk. Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero), Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., PT Bank OCBC NISP, Tbk., PT Bank Panin, Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia, Tbk.
Selanjutnya, PT Bank Permata, Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank ANZ Indonesia., Standard Chartered Bank, dan JP Morgan Chase Bank N.A. Lalu, PT. Bahana Sekuritas, PT. Danareksa Sekuritas, PT. Mandiri Sekuritas, serta PT. Trimegah Sekuritas Indonesia, Tbk.
Sebelumnya, Wealth Management Head Bank OCBC NISP Juky Mariska menyampaikan, prospek pasar obligasi Indonesia masih akan menarik dengan imbal hasil riil alias real yield yang cukup tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu mendorong kembali masuknya arus modal asing ke SUN.
Sepanjang April 2021, pasar obligasi terlihat lebih bergairah, tercermin dari pergerakan imbal hasil obligasi pemerintah tenor 10 tahun yang mengalami penurunan sebanyak -4,46%. Hal tersebut dipengaruhi penurunan imbal hasil obligasi AS -3,9%. “Meredanya kekhawatiran akan pengetatan kebijakan moneter AS menjadi salah satu faktor yang mendorong kenaikan harga obligasi domestik,” kata Mariska dalam Monthly Outlook Mei 2021.
Mariska memperkirakan, imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun diperkirakan akan berada di kisaran 6,25%-6,5% untuk jangka menengah. Hal tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang terus berjalan didukung stimulus ekonomi dan tren suku bunga rendah. Selain itu, aktivitas manufaktur dan jasa mengalami ekspansi.