Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,21% ke level Rp 14.500 per dolar AS pada perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berpotensi melemah tertekan kenaikan kasus Covid-19 di sebagian besar negara Asia Tenggara.
Mengutip Bloomberg, rupiah kembali bergerak melemah dari posisi pembukaan ke level Rp 14.515 per dolar AS hingga pukul 10.00 WIB. Meski begitu, rupiah masih menguat dibanding posisi penutupan kemarin di level Rp 14.543 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia lainnya ikut menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,14%, dolar Hongkong 0,01%, dolar Taiwan 0,11%, won Korea Selatan 0,15%, peso Filipina 0,12%, rupee India 0,35% dan ringgit Malaysia 0,12. Dolar Singapura dan yuan Tiongkok kompak stagnan. Hanya bath Thailand yang melemah 0,05%.
Analis pasar uang Ariston Tjendra menyebut, pergerakan kurs rupiah berpotensi mengikuti tren pelemahan yang terjadi pada sebagian besar mata uang regional. Hal ini didorong oleh kenaikan lonjakan kasus positif Covid-19 di sebagian besar negara-negara Asia Tenggara.
"Pasar masih mengkhawatirkan kenaikan kasus covid-19 karena varian delta, dimana Asia Tenggara dianggap menjadi episentrumnya." kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis, (22/7).
Mayoritas negara-negara perekonomian terbesar Asia Tenggara menunjukkan tren peningkatan kasus Covid-19 sejak pertengahan Juni 2021. Kasus baru Covid-19 di Indonesia sempat menyentuh rekor 56 ribu pada 16 Juli. Meski kasus baru telah menurun dan mencapai 33 ribu pada kemarin (21/7), angka kematian harian terus meningkat dan kembali mencetak rekor baru 1.383 orang.
Lonjakan kasus juga terjadi di Malaysia. Negara ini sebenarnya sudah berulang kali menunjukkan peningkatan kasus. Rekor sebelumnya 9.020 kasus baru pada 29 Mei 2021, sempat turun di awal Juni kemudian menunjukkan kenaikan pada awal pekan ketiga Juni. Malaysia mencatat ada 13.215 kasus positif baru pada 15 Juli. Jumlah ini masih terus konsisten di atas 10.000 kasus baru per hari dalam seminggu terakhir.
Sementara Vietnam yang tahun lalu sukses menekan laju penularan Covid-19 juga mulai menghadapi lonjakan kasus dalam sebulan terakhir. Vietnam pertama kali mencatat lebih dari 1.000 kasus positif harian pada 3 Juli yang lalu, angkanya terus meroket hingga rekor tertinggi 4.843 kasus positif harian pada 18 Juli. Terbaru, jumlah kasus positif harian (21/7) tercatat sebanyak 5.357 kasus.
Singapura juga kembali memberlakukan penguncian wilayah mulai hari ini hingga 18 Agustus mendatang. Langkah ini diambil setelah angka kasus positif harian di negeri singa itu mulai menunjukkan kenaikan pada awal minggu kedua Juli. Pada 14 Juli, Singapura untuk pertama kalinya mencatatkan kenaikan kasus di atas 50 kasus per hari sejak September 2020. Angka kasusnya terus naik dalam seminggu terakhir, data (21/7) tercatat ada 179 kasus positif baru.
Sementara itu, Thailand dalam tiga bulan terakhir juga melaporkan lonjakan kasus tertinggi sejak kasus pertama ditemukan tahun lalu terutama seiring meningkatnya temuan kasus dari klaster penjara. Pada Rabu (21/6), Thailand mencatatkan rekor tertingginya sebanyak 13.001 kasus positif baru yang 1.049 diantaranya berasal dari para tahanan penjara.
Analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto juga mengungkapkan hal serupa. Rully mengatakan kenaikan laporan kasus Covid-19 global, khususnya yang terjadi di Amerika Serikat membuat pasar menghindari aset beresiko dan beralih ke aset dolar AS.
"Hal ini disebabkan oleh sentiment risk-off yang terjadi di pasar global karena kekhawatiran akan gelombang baru pandemi COVID-19 global, yang ditunjukkan oleh kenaikan kasus di AS." ujarnya.
Lonjakan kasus Covid-19 tidak hanya menghantui negara-negara Asia, tetapi juga kembali mengancam sejumlah negara maju, termasuk Amerika Serikat. Pada akhir Mei hingga Juni, kasus positif harian di AS sempat turun di bawah rata-rata 20 ribu per hari bahkan mencapai 4.063 per 20 Juni. Namun, kasus baru kmbali naik sejak minggu pertama Juli. Pada Selasa (20/7) terdapat 62.484 kasus positif baru.