Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga tahun ini melambat seiring penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM darurat dan level 4. Namun, ekonomi Juli-September masih berpotensi tumbuh 4% hingga 5,7% sepanjang lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta dapat dikendalikan.
"Kami masih berharap antara kisaran 5,7% dan 4% untuk kuartal III. Ini sebuah tantangan karena hanya bisa dilakukan apabila varian Delta dikendalikan dan kegiatan ekonomi mulai bisa berjalan secara normal," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual, Kamis, (5/8).
Ia juga memperkirakan ekonomi kuartal IV mencapai 4,6% hingga 5,9%. Sementara pertumbuhan PDB sepanjang tahun ini diproyeksikan 3,7% hingga 4,5% atau berada di bawah target APBN sebesar 5%.
Bendahara negara mengatakan laju pemulihan pada kuartal ketiga bisa tetap terjaga masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan sehingga kasus Covid-19 dapat terkendali. Konsumsi rumah tangga sudah menunjukkan kenaikan sepanjang April dan Mei lalu, terlihat dari indeks penjualan retail yang naik cukup tinggi.
Kendati demikian, Sri Mulyani memperingatkan kinerja retail sudah mulai menunjukkan penurunan. Hal serupa juga terlihat pada sektor manufaktur. Perbaikan signifikan sempat terjadi di bulan-bulan awal 2021, tetapi anjlok pada Juli.
Menurut Sri Mulyani, konsumsi rumah tangga juga menjadi kunci untuk memulihkan sektor manufaktur harus dilakukan dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, sehingga pemulihan mobilitas dapat segera dilakukan.
Di sisi lain, pemerintah juga masih akan mengambil peran penting dalam proses pemulihan. Hal ini dilakukan dengan instrumen dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang masih akan difokuskan pada sektor konsumsi dan produksi.
"Dari sisi rumah tangga, kami telah melakukan penambahan bantuan sosial pada saat lonjakan varian Delta." kata Sri Mulyani.
Hal lain yang juga sudah dilakukan, menurut dia, adalah meningkatkan konsumsi pemerintah. Hal ini dilakukan melalui belanja alat kesehatan, pembayaran iuran jaminan kesehatan nasional (JKN), penyaluran insentif UMKM.
Peningkatan konsumsi juga dilakukan melalui peningkatan investasi publik. Ia menekankan, pemerintah juga masih akan fokus untuk meningkatkan belanja modal melalui belanja infrastruktur,
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 mencapai 7,07%. Produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada kuartal kedua tahun ini mencapai Rp 4.175,8 triliun. Sedangkan PDB atas harga konstan tercatat Rp 2.772,8 triliun.
Pertumbuhan positif terjadi pada semua komponen pengeluaran. Konsumsi rumah tangga sepanjang April hingga Juni berhasil tumbuh 5,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini diikuti juga komponen investasi yang berhasil tumbuh 7,5% dan konsumsi pemerintah yang masih mempertahankan positif sejak kuartal ketiga tahun lalu, dengan pertumbuhan 8,1%.
Ekspor dan impor juga berhasil tumbuh signifikan dua digit. Pertumbuhan ekspor sebesar 31,8% sedangkan impor tumbuh 31,2%. Adapun pertumbuhan melesat pada kuartal kedua dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang juga membaik di negara-negara mitra dagang Indonesia. Tiongkok berhasil tumbuh 7,9%, Amerika Serikat 12,2%, Singapura 14,3% dan Korea Selatan 5,9%.